iklan Ilustrasi.
Ilustrasi.

Misalnya lagi: Jamaah Tabligh. Kita mengenal kelompok ini sangat damai. Tidak pernah mau demo, tidak pernah anti pemerintah, tidak pernah terkait terorisme.

Tapi kali ini nama Jamaah Tabligh dicela di mana-mana. Sebagai salah satu komunitas penyebar Covid-19.

Kenapa yang seperti itu bisa terjadi di kelompok Jamaah Tabligh? Saya juga tidak bisa menjawab. Masih harus masuk ke 1003.

Itu awalnya dari acara besar mereka di dekat Kuala Lumpur. Akhir bulan Februari lalu. Berarti Covid-19 sudah mulai merajalela saat itu.

Pertemuan itu diikuti puluhan ribu orang. Media Malaysia menyebut 16.000 orang.

Banyak jamaah dari mancanegara ikut hadir. Termasuk dari Indonesia. Puluhan ribu orang itu berada dalam satu lokasi selama tiga hari.

Tidur di situ –seadanya. Makan di situ –banyak yang masak sendiri. Ibadah bersama. Mendengarkan rangkaian ceramah bersama.

Begitulah memang kebiasaan di aliran Jamaah Tabligh. Selalu pindah-pindah tempat. Dari satu negara ke negara lain.

Akhirnya diketahuilah forum di dekat Kuala Lumpur itu menjadi arena penularan Covid-19.

Separo dari penderita Covid-19 di Malaysia terkait dengan acara Tabligh ini. Jumlah penderita di Malaysia mencapai 1.300 orang –tiga hari lalu.

Tapi peserta dari luar negeri sudah pulang semua. Sudah sulit dilacak. Sebagian sudah siap-siap menghadiri pertemuan besar berikutnya di Indonesia –di dekat Makassar. Yang jadwalnya pekan lalu.

Kelompok ini memang kompak sekali. Saya pernah ikut pertemuan seperti itu di dekat Karawang. Yang hadir puluhan ribu orang. Selama tiga hari. Saya juga pernah ke salah satu pusat kelompok ini di dekat Lahore, Pakistan.

Setelah pertemuan di dekat Kuala Lumpur itu muncul pula berita Covid-19 dari banyak negara tetangga.

Dari Kamboja sangat mengejutkan. Tiba-tiba ada 11 penderita baru. Padahal Kamboja termasuk yang paling sedikit penderita Covid-19-nya.

Sampai hari itu baru ada 11 orang penderita. Tiba-tiba hari itu naik 100 persen. Setelah diteliti semua penderita baru itu adalah orang Khmer muslim. Mereka baru tiba dari Kuala Lumpur itu.

Sampai kemarin jumlah penderita di Kamboja 53 orang dengan tingkat kematian 0.

Pemerintah Vietnam juga sangat menyesalkan mereka. Vietnam –yang berusaha penderitanya seminim mungkin– merasa kebobolan.

Banyak orang Nha Trang yang tiba-tiba terkena Covid-19. Ternyata itu dari komunitas Islam di kota pantai dekat Da Nang itu. Mereka juga baru pulang dari acara Jamaah Tabligh di dekat Kuala Lumpur.

Kini penderita Covid-19 di Vietnam 94 orang, tidak satu orang pun meninggal. Sampai kemarin.

Berita yang sama muncul dari Thailand, Filipina dan Brunai.

Meski begitu mereka masih ngotot tetap menyelenggarakan pertemuan tingkat dunia di dekat Makassar.

Ribuan orang sudah sempat berdatangan. Untung pemerintah daerah berkeras menghentikan acara itu.

Di Inggris komunitas Islam juga lagi jadi sorotan. Itu karena 50 persen penderita Covid-19 di Inggris terjadi di komunitas Islam di sana. Itu data dua hari lalu.

Di Korea Selatan yang jadi sorotan adalah komunitas gereja. Di Inggris komunitas masjid. Komunitas –agama maupun bukan agama– memang diketahui sebagai pusat penukaran yang cepat.

Pengurus masjid Al Falah –yang mulai hari ini lockdown total, termasuk tidak ada jamaah lima waktu– mungkin juga tidak takut mati.

Toh mati urusan masing-masing. Tapi harus juga dicari cara mati yang enak: yang tanpa menularkannya ke orang lain.(Dahlan Iskan)


Berita Terkait



add images