iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Ribuan alat tes kit virus Corona (COVID-19) tanpa lisensi buatan Cina telah di ekpsor ke berbagai negara. Minimnya keberadaan alat tes Corona itu, menjadi alasan besar bagi negara-negara terjangkit memburu produk Cina tersebut.

Bagaimana tidak, dalam sehari satu perusahaan farmasi di Cina bisa membuat 600 ribu test kit untuk diekspor ke berbagai negara, terutama di Eropa dan Amerika.

Namun hasilnya, tidak semua test kit buatan Cina berjalan sesuai harapan. Beberapa tidak memberikan hasil test yang akurat karena memang tidak ditest terlebih dahulu.

Sebagai contoh, pekan lalu, otoritas kesehatan Spanyol melaporkan bahwa ratusan ribu test kit asal Cina, buatan Bioeasy, tidak memberikan hasil yang akurat. Alih-alih memberikan hasil 80 persen, test kit hanya menunjukkan 30 persen. Kejadian serupa terjadi Filipina.

“Kurang lebih ada 102 perusahaan China yang mendapat akses ke pasar Eropa. Namun, banyak dari mereka, tidak memenuhi standar Administrasi Produk Medis Nasional di Cina,” ujar Kepala Asosiasi Diagnosis In Vitro, Song Haibo, dikutip dari South China Morning Post, Senin, (30/3).

South China Morning Post melaporkan, bahwa dari sekian banyak perusahaan farmasi yang mendapat akses ke pasar Eropa, hanya segelintir yang memenuhi standar otoritas Cina. Kurang lebih hanya 13 produsen test kit, itu pun delapan di antaranya menjual versi yang lebih sederhana.

Hal itu dibenarkan oleh seorang manajer perusahaan bioteknologi di Changsa yang enggan disebutkan namanya. Ia berkata, test kit virus Corona yang dijual perusahaannya sebenarnya adalah untuk hewan.

Sebab, lisensi itu saja yang didapat perusahaannya di Cina. Meski begitu, hal tersebut tidak menghalangi perusahaannya untuk mendapatkan akses ke pasar Eropa pada 17 Maret lalu.

“Kami akan meningkatkan produksi untuk desain baru test kit COVID-19,” ujar manajer tersebut.

Hal senada diakui oleh Zhang Shuwen, penemu Nanjing Liming-Bio Products. Ia mengakui bahwa dirinya menjual test kit virus Corona ke Eropa tanpa pernah mendapat persetujuan dari Cina. Ia hanya bermodal izin masuk ke pasar Eropa.

“Saya memang tidak pernah menimbang untuk meminta persetujuan otoritas China. Proses aplikasi memakan waktu lama. Ketika akhirnya disetujui, kami khawatir wabah sudah usai,” ujar Shuwen dikutip dari South China Morning Post.

Shuwen mengklarifikasi, bahwa tidak mendapat persetujuan Cina bukan berarti produknya tidak berkualitas. Untuk bisa mendapat akses ke pasar Eropa, alatnya juga ditest regulator Eropa. Adapun dia mendapatkan akses tersebut bulan ini setelah mengajukannya pada Februari lalu.


Berita Terkait



add images