Dua-duanya hebat. Keduanya sudah tua. Niko 71 tahun. Tong 79 tahun. Dua-duanya punya pengikut yang sangat besar.
Seimbang. Dari segi itu.
Pendeta Niko lahir di Bondowoso. Ia jadi pendeta atas bimbingan Pendeta Dr. Abraham Alex Tanuseputra.
Di Surabaya Pendeta Alex ini amat terkenal. Ia-lah pendiri gereja Bethany di Semolowaru, Surabaya. Yang gerejanya sangat besar dengan arsitektur dom --seperti sebuah convention center.
Bethany lantas dikenal sebagai gereja yang kaya raya. Dengan jemaat yang kaya-kaya.
Ketika Bethany mengembangkan diri ke Jakarta, Niko-lah yang dipercaya sebagai pimpinan Bethany wilayah barat. Niko menjadi terkenal di Jakarta. Jemaatnya terus bertambah. Lalu mendirikan gereja sendiri di luar Bethany --Gereja Bethel Indonesia.
Gereja baru itu menempati Gereja Bethany yang di Jakarta itu --entah bagaimana hitungannya. Di pusatnya sendiri, di Surabaya, Bethany juga pecah, bahkan sangat serius.
Saling pecat. Pun antara anak kandung dan bapak biologis. Saling gugat pula ke pengadilan.
Bethany punya ratusan cabang. Termasuk beberapa di Amerika Serikat. Saya pernah ke salah satu cabang gerejanya. Yang di Philladelphia.
Perkembangan gereja Niko juga pesat. Kini sudah punya 700 cabang di seluruh Indonesia. Juga di luar negeri.
Akan hal Stephen Tong, untuk apa diperkenalkan? Ia sudah lebih dari terkenal. Ia-lah salah satu pendiri Institut Injil Indonesia di Batu, Malang.
Dua-duanya jago berkhotbah. Apalagi ketika belum tua. Sama-sama pandai bicara Mandarin dan Inggris.
Dua-duanya pandai menyanyi. Dua-duanya pencipta lagu-lagu rohani. Mereka juga sering khotbah di mancanegara.
Dua-duanya banyak tampil di YouTube.
Namun keduanya saling berseberangan. Terutama setelah ada pandemi Covid-19.
"Jangan seperti pendeta yang besaaar itu, yang sampai berani mengatakan akan menghentikan Covid-19," ujar Stephen Tong.
"Itu pengkhianatan. Itu meng-copy Tuhan Yesus. Itu tidak boleh," tambahnya.
Selebihnya tonton sendiri videonya. Yang dimaksud 'pendeta yang besaaar itu', ya, Niko itu.
Niko --dalam khotbahnya yang diunggah di YouTube-- mengaku telah dibisiki Tuhan Yesus untuk menghentikan Covid-19.
Caranya?
Seperti Yesus menghentikan topan dan gelombang yang mengguncang perahu-Nya. "Angin, diamlah! Gelombang, berhentilah!" ujar Niko menirukan hardikan Yesus kala itu. Lengkap dengan ekspresi ketegasan dan suara bentakannya.
Saat itu juga, kata Niko, topan dan gelombang berhenti.
Maka di tengah pandemi Covid-19 yang menggila ini pun Niko mengaku dibisiki Yesus. Untuk menghentikannya.
"Maka saya berkata kepada Covid-19. Diamlah! Berhenti!," teriaknya seperti menghardik Covid-19.
Khotbah itulah yang dikritik Pendeta Stephen Tong.
"Kalau ia memang bisa menghentikan Covid-19, coba kumpulkan ribuan penderita Covid-19 di Gelora Bung Karno. Sembuhkan!" tantang Pendeta Tong.
Pokoknya serulah. Lihat sendiri videonya di YouTube. Ramai.
Belum lagi pendeta-pendeta lain yang ikut nimbrung. Ada yang membela Niko ada yang di belakang Tong. Ada juga yang mencari jalan tengah --tetapi jatuhnya di seberang semuanya.
