iklan

Data hasil riset yang telah diperoleh selama melakukan aktivitas riset, selanjutnya dilakukan analisis dan interpretasi. Analisis dan interpretasi data merupakan suatu upaya untuk mengolah dan menginterpretasi data menjadi informasi baru sehingga karakteristik data menjadi lebih mudah dipahami dan berguna untuk solusi masalah (Labied, 2018). Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk melakukan analisis dan interpretasi terhadap data dalam rangka mendapatkan kesimpulan dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Analisis dan interpretasi ini merupakan aktivitas menggunakan penalaran dalam pemecahan masalah yang didasarkan pada fakta dan data (Castek, Jacobs & Anderson, 2018). Kebiasaan menganalisis dan menginterpretasi menstimulus critical thinking and problem solving skill dalam diri siswa.

Pada tahap akhir s model pembelajaran ini adalah presentasi hasil riset. Presentasi pada prinsipnya menggabungkan empat elemen dasar yang meliputi: (a) pernyataan gagasan dengan jelas, (b) menjelaskan gagasan, (c) mendukung gagasan dengan bukti dari sumber lain, (d) menyimpulkan kembali gagasan (Hamm & Nancy, 2006). Oleh karena itu, siswa perlu dilatih untuk memberikan refleksi mengenai presentasi mereka sendiri dan memberikan umpan balik kepada kelompok lain dalam rangka mempersiapkan diri untuk mampu bersaing dalam lingkungan yang kompetitif. Pada saat presentasi hasil riset, siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensi kemampuan komunikasinya. Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa kemampuan presentasi membudayakan siswa memilih kalimat efektif, menggunakan gaya bahasa yang menarik dan menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi dengan sukses (Maria, 2010; Sukitkanaporn & Supakorn, 2014; Sugito dkk, 2017). Hasil penelitian tersebut semakin memperkuat dugaan peneliti, bahwa melalui kegiatan presentasi dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa.

Selain perencanaan melalui sistematika sintaks model pembelajaran yang baik, peran sentral guru sebagai ujung tombak pembelajaran sangat dibutuhkan. Adapun peran utama guru dalam model research based learning adalah sebagai motivator, fasilitator, mediator dan evaluator. Sebagai motivator, guru hendaknya mampu mendorong siswa agar termotivasi dalam pembelajaran, khususnya dalam melakukan aktivitas riset. Peran ini sangat penting dalam interaksi edukatif, karena motivasi merupakan aspek penting tingkah laku yang melibatkan semua potensi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Ornstein & Hunkins, 2010). Di sisi lain, motivasi merupakan faktor utama dalam upaya perbaikan pembelajaran dan menentukan pencapaian hasil belajar siswa.

Sebagai fasilitator, guru berperan dalam mengakomodir segala keunikan dan karakteristik setiap siswa untuk distimulus. Adapun hal paling mendasar yang harus dikuasai guru sejalan dengan peranannya sebagai fasilitator adalah memahamai karakteristik siswa. Selanjutnya, peran guru sebagai mediator artinya guru mampu memainkan perannya sebagai penengah dalam aktivitas pembelajaran. Sementara itu, sebagai evaluator guru berperan dalam mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan selama proses pembelajaran.

Aktivitas pembelajaran pada model ini juga didasarkan pada prinsip pembelajaran kooperatif. Hal ini penting dilakukan karena pembelajaran kooperatif berdampak positif terhadap peningkatan kemampuan interaksi sosial yang berimplikasi dalam mengembangkan keterampilan kolaborasi, komunikasi dalam pemecahan masalah (Blackmore & Fraser, 2007). Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan desain aktivitas secara berkelompok untuk pemecahan suatu masalah dalam rangka mencapai tujuan yang sama. Selain itu, pembelajaran ini juga menekankan pada kerja tim dan interaksi antar siswa.

Model research based learning ini telah terbukti signifikan menumbuhkan Four Cs pada diri siswa di SMAN Unggul Dharmasraya dan SMAN 1 Koto Baru. Hal ini terlihat dari hasil riset yang menunjukkan rata-rata aspek critical thinking & problem solving siswa SMAN Unggul Dharmasraya mencapai 80,59 dan siswa SMAN 1 Koto Baru mencapai 79,12 dengan kategori sangat baik. Selanjutnya, pada aspek communication skill rata-rata siswa SMAN Unggul Dharmasraya 83,05 dan siswa SMAN 1 Koto Baru mencapai 82,36 dengan kategori sangat baik. Pada aspek collaboration skill, persentase rata-rata siswa SMAN Unggul Dharmasraya mencapai 82,60 dan siswa SMAN 1 Koto Baru mencapai 81,79 dengan kategori sangat baik. Sementara itu, untuk creativity & innovation skill rata-rata siswa SMAN Unggul Dharmasraya mencapai 79,66 dan siswa SMAN 1 Koto Baru mencapai 78,43 yang keduanya juga sangat baik. Hasil riset ini membuktikan bahwa model research based learning merupakan salah satu reformasi pembelajaran inovatif yang memang layak dijadikan alternatif mengembangkan Four Cs guna mewujudkan generasi abad 21 yang cerdas dan terampil.

Nah….sebagai generasi abad 21 yang luar biasa, mari kita bersama-sama memantaskan diri dengan terus mengasah Four Cs di dalam diri kita. Karena Four Cs adalah skills utama, primadona menjawab tantangan dunia, agar generasi abad 21 semakin berjumawa.....

Artikel ini ditulis berdasarkan disertasi untuk penyelesaian S-3 pada Prodi Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Padang, dengan Tim Promotor Prof. Dr. Festiyed, MS dan Prof. Dr. Alwen Bentri, M.Pd.


Berita Terkait