iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

Tinggal Brazil yang masih mengkhawatirkan. Seperti di Amerika, sikap presidennyalah yang dianggap sebagai gara-gara.

Diperpanjang atau tidak?

Untungnya, penularan virus ini hanya lewat percikan air liur atau ingus. Bukan virus yang beterbangan di udara.

Kalau pun PSBB tidak diperpanjang kedisiplinan memang harus naik –disiplin masker, jaga jarak dan cuci tangan dengan sabun.

Memang akan ada opini negatif, setengah guyon: kalau PSBB tidak diperpanjang berarti KUKMK –karep-karepmu: urip karepmu, mati karepmu. Terserah Anda, mau hidup atau mau mati.

Seperti pesawat auto pilot. Lebih parah dari itu.

Tapi, biarpun canda, KUKMK  mengandung unsur pendidikan: Anda akan tetap selamat kalau hati-hati.

Bagaimana kalau penderita barunya nanti meledak tak terkendali?

Rumah sakit akan kelelahan.

Sekaligus kita menyadari bahwa manajemen kita kurang bagus.

Memang sayang sekali: kita tidak punya pun sekedar grup WA –atau yang sejenisnya– yang anggotanya khusus penderita diabetes.

Mungkin karena jumlahnya terlalu banyak. Tapi kan bisa dikelompokkan lebih kecil. Berdasar tingkat keseriusannya maupun berdasar wilayah.

Bisa saja grup WA itu dibagi tiga: grup WA diabetes yang sudah cuci darah, grup yang sudah tahap suntik insulin, dan grup yang sudah makan obat.

Mungkin, siapa tahu, ada kepala daerah yang mau melangkah ke sana.

Kalau per kabupaten terlalu luas, bisa dibagi per kecamatan.

Di saat tidak ada lagi PSBB grup WA seperti itu akan efektif.

Demikian juga grup WA penderita tekanan darah tinggi. Yang kalau jumlahnya terlalu banyak juga bisa dibagi. Terutama untuk yang punya komplikasi dengan penyakit lain.

Kelompok tersebut bisa ditangani secara khusus. Justru sebelum mereka tertular Covid-19. Daripada mereka memenuhi rumah sakit.

Memang diperlukan manajemen yang sungguh-sungguh serius. Tapi saya yakin banyak kepala daerah kita yang mampu. Bupati Banyuwangi, Bupati Kulon Progo, Belitung, dan banyak lagi sudah membuktikan mampu. Tinggal menambah ke bidang ini.

Teknologi sudah ada. Termasuk untuk mengontrol kedisiplinan mereka.

Kalau perlu adakan apps khusus untuk mereka. Tiap hari mereka wajib mengisi apa saja yang mereka makan. Juga yang mereka minum.

Penyakit-penyakit tadi sangat erat dengan apa yang mereka konsumsi.

Bagi yang bisa disiplin bantuan akan diteruskan. Bagi yang makan-minumnya sembrono diperingatkan.

Sudah lama saya setuju dengan fatwa Profesor Kenichi Ohmae: tidak ada negara kaya dan negara miskin; yang ada adalah negara dengan manajemen baik dan negara dengan manajemen yang kurang baik.

”Nabi” nya ilmu manajemen itu ingin mengatakan: semiskin apa pun negara itu akan menjadi kaya kalau manajemennya baik. Contohnya banyak, termasuk Jepang dan Singapura.

Sebaliknya negara kaya pun akan jadi miskin kalau manajemennya tidak baik.

Saya tidak tahu negara mana contohnya. (*)


Berita Terkait