iklan Kilang Peramina.
Kilang Peramina. ( DiswayKaltim.com)

Oleh : Dahlan Iskan

Saya mendukung langkah ini: Pertamina jalan terus saja. Dua investor asing memang sudah mundur --untuk dua proyek kilang besar. Tapi bukan berarti proyek harus macet.

Saya salut. Proyek kilang besar Pertamina ternyata tidak dihentikan. Khususnya yang di Balikpapan dan Cilacap. Dan juga Tuban. Hanya yang Bontang saya belum tahu.

Dari mana dananya?

Bukankah tiga proyek raksasa itu perlu --total-- sekitar Rp 450 triliun?

Soal dana seperti itu sudah bukan masalah teknis. Itu sudah menyangkut taktik. Di level taktik ini yang berperan adalah ilmu entrepreneurship. Bukan lagi level manajerial skill.

Ups... Bukan ilmu entrepreneurship, tapi kemampuan entrepreneurship. Ada perbedaan antara ilmu, skill, dan kemampuan.

Dari tiga level itu entrepreneurship adalah kasta tertingginya.

Jadi, dari mana pendanaannya?

Bukankah kilang Balikpapan saja perlu USD 6,9 miliar? Cilacap USD 8,5 miliar? Dan Tuban USD 15,7 miliar?

Ini sudah menyangkut bukan dari mana dananya. Tapi bagaimana taktik pendanaannya.

Tanyalah pada pengusaha real estate. Yang punya proyek 100 triliun. Apakah pengusaha itu punya uang Rp 100 triliun?

Paling ia baru punya izin lokasi. Ditambah uang untuk membebaskan secuil tanah. Yakni tanah yang di posisi-posisi kunci saja. Sekaligus untuk mengunci tanah di belakangnya.

Untuk membebaskan tanah selebihnya? Untuk membuat infrastruktur? Untuk membangun rumah atau apartemennya?

Ia belum punya uang!

Kok sudah dimulai? Sudah pula dijajakan kepada konsumen?

Itulah kasta entrepreneur.

Tidak hanya di bidang real estate. Banyak bidang lainnya. Yang seperti itu dilakukan hampir di semua bidang.

Kali ini termasuk Pertamina. Tiga proyek kilang itu tetap diteruskan. Dengan kemampuan dana internal yang ada.

Pertamina pasti tidak punya uang nganggur sebanyak itu. Tapi Pertamina punya nama besar.

Lewat nama besar Pertamina itu, kontraktor, dan pemasok masih percaya. Tagihan pasti akan dibayar. Meski kadang harus kapan-kapan.

Kontraktor dan pemasok masih akan rebutan. Inilah nafas proyek Pertamina yang sesungguhnya.

Proyek tetap bisa jalan dengan dana pihak ketiga seperti itu. Kontraktor dan pemasok adalah investor sebenarnya proyek seperti itu.

Pun proyek seperti real estate. Yang saya jadikan contoh di atas.

Long live kontraktor!

Hidup supplier!

Terutama kontraktor yang mau dibayar kapan-kapan.


Berita Terkait