iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

Waktu itu saya menyediakan diri sebagai pejabat tinggi pertama yang mau menjalani stem cell oleh dokter putra bangsa sendiri: Dr. dr. Purwati. Peneliti dari Universitas Airlangga Surabaya.

Setelah tiga kali menjalani peremajaan sel itu, saya menghadiri ceramah Dr Mahathir Mohamad. Saya kaget melihat kesegaran fisiknya. Beda sekali dengan dua tahun sebelumnya. Saat saya bertemu beliau di Kuala Lumpur. Saat itu beliau sakit-sakitan. Bahkan perlu dipapah.

Melihat kesegaran Pak Mahathir saya pun menginformasikannya ke Dokter Purwati. Termasuk info yang saya peroleh di Kuala Lumpur. Bahwa Pak Mahathir bisa segar begitu karena menjalani stem cell khusus: stem cell sel T.

Saya pikir itu baru. Ternyata Dokter Purwati juga sudah mendalami sel T itu.

”Saya juga bisa melakukannya,” ujar Dokter Purwati. ”Mau?” tanyanyi.

Saya pun mau. Saya pun menjalani stem cell khusus untuk sel T.

Saat itulah saya mendapat penjelasan apa itu sel T. Itulah sel yang tugasnya mengatur keseimbangan antar sel. Agar jumlah sel di tubuh kita proporsional. Termasuk jumlah sel yang membentuk imunitas.

Kalau sel T yang ada di tubuh seseorang sudah banyak yang menua berarti kemampuan ”petugas” pengatur sel itu juga sudah berkurang.

Saya ingin sel T saya berfungsi dengan baik.

Maka darah saya diambil. Dokter Pur memilah-milah sel yang ada di darah itu. Jutaan sel yang bukan sel T disingkirkan. Dia hanya memilih satu sel T saja. Yang paling sehat dan bentuknya paling sempurna. Sel sehat itu lantas dibiakkan di dalam laboratoriumnyi.

Setelah sel T itu dibiakkan menjadi 200 juta --yang semuanya sel muda dan sehat-- dimasukkan ke tubuh saya.

Enam bulan kemudian saya menjalani stem cell T sekali lagi. Dan sekali lagi.

Dalam dua tahun terakhir sekitar 1 miliar sel T yang muda sudah dimasukkan ke tubuh saya.

Sampai hari ini saya sudah melakukan lebih 10 kali stem cell. Tidak satu kali pun di luar negeri.

Kalau temuan vaksin mRNA itu sampai bisa menginduksi sel T, berarti penemuan tim Qing Chengfeng itu memang baru.

Menurut Cheng-feng, vaksin baru itu nanti sekaligus bisa mengatasi replikasi virus.

Yang juga baru adalah pengaturan rute teknis vaksin itu. Agar bisa mencapai sasaran dengan jalan pintas yang lebih cepat.

Uraiannya sangat teknis. Termasuk bagaimana mengekspresikan protein. Sampai tubuh memiliki kekebalan pada Covid-19.

Saya menjadi bingung.

Pilih cepat tapi dapat vaksin temuan Mayjen Chen Wei dari Wuhan itu atau menunggu lebih lama untuk dapat vaksin dari Chengfeng ini.

Saya pilih yang lain: mempersiapkan Harian DI's Way.(Dahlan Iskan)


Sumber: www.disway.id

Berita Terkait