Mary memang mendalami kasus-kasus kejiwaan. Dia pernah 6 tahun mempelajari pasien-pasien dengan kelainan schizophrenia. Pasien itu berobat di rumah sakit Hillside Hospital di Long Island, New York.
Apakah schizophrenia?
Saya kutipkan saja definisi schizophrenia dari kamus. Agar Anda bisa mengidentifikasi apakah gejala jiwa seperti itu cocok dengan Donald Trump. Atau tidak.
Tari tariklah dulu nafas. Kalimatnya sangat panjang: ”Schizophrenia adalah gangguan mental jangka panjang dari jenis yang melibatkan gangguan dalam hubungan antara pikiran, emosi, dan perilaku, yang mengarah ke persepsi yang salah, tindakan dan perasaan yang tidak pantas, menarik diri dari kenyataan dan hubungan pribadi ke dalam fantasi dan khayalan, dan rasa fragmentasi mental”.
Maafkan, begitulah kamus menulis. Panjang kalimatnya seperti kereta api pengangkut tebu. Saya sangat benci membacanya --meski sangat memerlukan isinya. Kalimat itu terdiri dari 45 kata. Jangan-jangan lebih. Tolong hitungkan yang benar.
Atau baiknya biar bung Yusuf Ridlo saja yang hitung. Kita kan lagi membahas soal penyakit jiwa --eh, soal bukunya Mary L. Trump.
Tentu saya harus menjelaskan dulu siapa Mary. Saya mulai dari kakeknyi.
Nama sang kakek: Fred Trump Sr. Ia pengusaha besar bidang real estate di New York.
Fred Sr. punya anak sulung bernama Fred Jr. dan adik-adiknya: Robert, Donald Trump.
Fred Jr. punya anak sulung perempuan. Namanya Mary. Mary inilah yang akan menerbitkan buku.
Anak keduanya laki-laki, diberi nama Fred III --cucu laki-laki pertama dari anak laki-laki pertama.
Ayah Mary meninggal muda: 42 tahun. Akibat terlalu banyak alkohol. Sang kakek justru baru meninggal 18 tahun kemudian --tahun 1999.
Mary dan Fred III merasa diperlakukan tidak fair: soal warisan Fred Sr. Padahal bapaknyi adalah anak pertama.
Kakak Donald sudah berusaha membungkam pena Mary. Lewat pemberian sejumlah uang.
Tapi Mary melihat pamannyi itu sangat rakus. Tidak pernah merasa cukup.
Awalnya Mary menghubungi harian New York Times. Dia memberikan dokumen-dokumen pajak Trump. Wartawan New York Times lantas membeberkan masalah pajak Trump. Gempar. Penulisnya sampai mendapat hadiah Pulitzer. Itulah penghargaan tertinggi bagi karya jurnalistik di Amerika.
Mary masih punya harta kartun lainnya: kerakusan Trump. Sampai mengorbankan hubungan keluarga.
Trump memang banyak akal. Baginya semua itu mudah. Termasuk cara menurunkan angka penderita Covid-19 dengan cepat. Itulah yang ia pidatokan secara resmi. Agar tidak malu lagi: jumlah penderita di Amerika sudah lebih 2,5 juta.
Bagaimana cara Trump menurunkan angka itu?
"Jangan lagi dilakukan tes," katanya di Oklahoma Sabtu lalu. (Dahlan Iskan)
Sumber: www.disway.id