JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Sebanyak 50 sampai 60 jenis limbah medis Covid-19 ditemukan mengalir di Sungai Cisadane, Tangerang, Banten. Limbah medis Covid-19 itu diduga mengalir dari TPA Cipeucang Tangerang yang longsor beberapa waktu lalu.
Dari kasus ini, sebenarnya Kementerian Kesehatan Indonesia telah mengakui ada 1.480 ton limbah medis Covid-19 diproduksi di seluruh negeri dari Maret hingga Juni. Dan belum ditemukan solusi konkrit bagi tempat pembuangan atau pengelolaan limbah medis Cobid-19 tersebut.
”Peraturan baru saja disahkan yang mencakup pedoman seputar pengolahan limbah medis di setiap fasilitas kesehatan,” kata Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes, Imran Agus Nurali. Peraturan baru tersebut bisa jadi belum bisa mengantisipasi lonjakan jumlah limbah medis yang terjadi sekarang.
Semenatar itu warga sekitar Sungai Cisadane Tangerang menjadi takut terinfeksi virus Corona karena sungainya dipenuhi limbah medis Covid-19. Mulai dari jarum suntik sampai hazmat. Limbah medis yang mengalir di sungai tersebut mengancam keselamatan warga di sekitar sungai.
Sebab areal itu masih digunakan warga untuk beragam keperluan, dari mencuci pakaian sampai mandi. ”Itu biasanya dari Kota Tangerang Selatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, Liza Puspadewi, Selasa (1/8).
Pendiri Bank Sampah Sungai Cisadane, Ade Yunus juga mengakui banyak menemukan limbah sampah medis. ”Terutama setelah Tempat Pemrosesan Akhir Cipeucang Tangerang longsor beberapa waktu lalu,” ungkapnya.
Melihat fakta yang terjadi, politisi Partai Gerindra Saraswati Djojohadikusumo angkat bicara masalah ini. Secara tegas ia sangat menyesalkan munculnya pencemaran yang secara jelas meresahkan warga.
”Ya, seharusnya tata kelola limbah medis dijaga dengan sangat hati-hati, terutama di era Pandemi yang belum mereda ini. Jangan sampai menjadi alasan baru penularan ke warga Tangsel dan sekitarnya,” timpal Saraswati.
Menurutnya penanganan masalah ini harus dilakukan secepatnya, mumpung tingkat pencemaran sungai belum terlalu buruk. Memang limbah medis, terutama dalam masa pandemi ini, menjadi masalah tersendiri.
Pentingnya kemungkinan pemrosesan sampah di TPA di wilayah Tangsel dilakukan agar sampah-sampah tersebut bukan sekedar dibuang hingga melebihi kapasitas tampung. ”Karena TPA itu sendiri artinya Tempat Pemrosesan Akhir, bukan sekedar pembuangan akhir,” tegas Saraswati.
Selain itu, berkaitan dengan limbah medis Covid-19, Calon Wakil Walikota Tangsel itu yakin, pemerintah pusat tidak akan mentolerir jika limbah ini dibuang sembarangan apalagi di aliran sungai.
”Contohnya seperti pengelolaan limbah medis yang dilakukan di Wisma Atlet Kemayoran, yang ditangani secara khusus, Tangsel pun, seharusnya melakukan hal yang sama,” terang wanita jebolan University of Virginia itu.
Di tempat terpisah, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) melihat adanya potensi untuk terlibat dalam pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) medis karena minimnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang tersebut dan kenaikan limbah medis akibat pandemi.
”Sebaran perusahaan-perusahaan pengolah limbah B3 medis itu di Indonesia sangat sedikit,” kata Roy Wangintan dari Bidang 4 Perhubungan dan BUMN BPP Hipmi dalam diskusi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta pada Selasa (1/8).
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per April 2020, terdapat 14 perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan limbah B3 medis. Perusahaan-perusahaan itu tersebar di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur.
Hal itu perlu menjadi perhatian karena peluang tersebut menjadi lebih besar di saat pandemi, ketika volume limbah B3 medis bertambah akibat penggunaan alat pelindung diri (APD) yang meningkat baik di rumah sakit maupun di rumah tangga.
Menurut Roy, sejak awal pandemi banyak pengusaha yang mulai melebarkan sayap untuk bisnis dalam bidang alat kesehatan ataupun APD tapi masih minim yang melihat potensi dalam pengolahan limbah B3 medis. Beberapa peluang dalam sektor pengelolaan limbah medis itu seperti jasa pengangkut, pengolahan, penyedia alat pemusnah pelatihan penanganan limbah medis Covid-19, jasa pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Tidak hanya melihat potensi bisnis, usaha dalam sektor pengelolaan limbah B3 juga dapat membantu usaha pemerintah untuk mengatasi permasalahan limbah, kata Roy.
”Di samping kita bisa menjadi pengusaha dan memulai bisnis di sana, kita juga bisa membantu pemerintah dalam penanganan Covid-19 dan program ekonomi nasional sekarang yang dicanangkan pemerintah sangat kita gaungkan dan kita bisa berkontribusi secara nyata,” pungkas Roy. (fin/ful)
Sumber: www.fin.co.id