iklan Ratmi saat memetik bunga telang di kebunnya.
Ratmi saat memetik bunga telang di kebunnya. (RIRI RAHAYUNINGSIH/JAWA POS RADAR SEMARANG)

JAMBIUDATE.CO, SEMARANG - Sejak pandemi Covid-19, bunga telang banyak diburu masyarakat. Bunga ini diklaim punya banyak khasiat. Melihat peluang ini, Ratmi lantas membudidayakannya. Kini, bunga telang kebunnya sudah sampai Jerman.

BUNGA telang bermekaran di halaman rumah Ratmi di Desa Kebonrejo, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang. Namun hingga Jumat (26/2) siang, dia belum memetiknya karena baru saja turun hujan. Ketika Jawa Pos Radar Semarang datang sekitar pukul 11.00, sisa tetesan air masih menempel di kelopak.

Ratmi menyambut ramah koran ini. Dia bahkan mengajak wartawan koran ini menengok kebun telangnya yang berada di halaman gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tak jauh dari rumah. Sama seperti yang di rumah, bunga-bunga di kebun seluas 30 meter persegi itu juga masih basah.

“Ini mekar setiap hari. Setiap pagi saya petik,” ujar Ratmi sembari berkeliling memeriksa satu per satu bunga yang mekar. “Saya senang sekali. Sugesti saya, ini adalah pohon uang,” imbuhnya sembari tertawa ringan.

Sebelum menjadi pembudidaya bunga telang, Ratmi mendampingi kelompok tani produsen gula semut yang diketuai sang suami. Mereka menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan untuk membantu pemasaran.

Ketika pandemi Covid-19, ternyata ada permintaan bunga telang. Ratmi lantas membudidayakan bunga telang sejak Oktober 2020. Mereka memulainya dengan menyemai 200 benih. Memanfaatkan lahan sempit di pekarangan.

Tak butuh waktu lama untuk menuai hasil. Dua bulan pascapenanaman, bunga telang sudah mekar dan bisa dipetik. Kebunnya juga makin berkembang. Jika ditotal, Ratmi kini memiliki sekitar 150 pohon bunga telang. Panennya pun makin banyak. Awalnya, sehari hanya dapat 50 kuntum. Lama-lama dapat 1.500 hingga 2.000 kuntum.

Wajar, pohon bunga telang di halaman rumah saja tingginya ada yang mencapai 2,5 meter. Kebun mini itu lantas disetting seperti lorong. Tangkai-tangkai dirambatkan pada bambu yang sudah dibikin sedemikian rupa. Setelah sekitar 8 menit melihat-lihat kebun, Ratmi mengajak wartawan koran ini masuk rumah. Sebelumnya, dia memetik dua kuntum bunga telang untuk dinikmati bersama.

Ratmi menyeduh bunga telang dengan campuran gula dan jeruk nipis. Warna ungunya tampak pekat. Rasanya nikmat. Apalagi saat masih hangat. Sembari menikmati minuman bunga telang, Ratmi melanjutkan ceritanya. Kata Ratmi, bunga telang kebunnya diekspor ke Jerman.

Pemasarannya dibantu perusahaan yang menjadi mitra kerja kelompok tani gula semut. Sebelum dijual, bunga telang harus dikeringkan. Usai dipetik, bunga telang dijemur di bawah sinar matahari.

Biasanya memakan waktu dua hari. Jika cuaca sedang tidak bersahabat, Ratmi memanfaatkan bantuan oven khusus. Yakni, oven yang menggunakan panas lampu. Suaminya yang bikin secara mandiri. Bentuknya seperti oven kue. Ada tiga rak dengan berisi loyang persegi panjang dengan dua lampu 60 watt.

“Nggak pakai perapian, karena nanti warnanya berubah jadi kuning,” kata dia. Sejak Oktober 2020, Ratmi sudah menjual kurang lebih 6 kilogram bunga telang kering. Satu kilogram harganya Rp 500 ribu. Melihat pasarnya bagus, Ratmi makin bersemangat. Namun dia tidak ingin bergerak sendiri.

Dia mengajak orang lain untuk turut menanam bunga telang. Setidaknya untuk dikonsumsi sendiri. Sebab, bunga telang punya banyak khasiat. Kandungan antioksidannya tinggi. Selain itu, bunga telang bisa membatu menurunkan kolesterol, sebagai pengganti insulin bagi penderita diabetes, hinga membantu menjaga kesehatan mata.

Ratmi senang menyuguhkan minuman bunga telang, dan memberi bibit untuk tamunya. Dia pun mempersilakan para tetangga sekitar yang ingin minum bunga telang untuk memetik sendiri di kebun. “Mudah-mudahan ini bisa dikembangkan di Magelang, terutama di Candimulyo,” harapnya. (*/aro)

 


Sumber: www.jawapos.com

Berita Terkait



add images