“Meminta maaf itu tidak perlu pakai anggaran,” ujar sang wali kota. “Modalnya hanya hati yang terbuka,” tambahnya.
Kejadian ”minta maaf” ini menjadi berita nasional. Sampai-sampai New York Times menuliskannya panjang lebar. Itulah cara yang baik untuk meredakan ketegangan ras sekarang ini.
Wali kota itu tokoh kulit hitam. Dari Partai Demokrat. Namanya: Lamar Thorpe.
Peristiwa seperti yang dialami imigran Tionghoa di Antioch itu pernah dialami juga warga kulit hitam di mana-mana. Kampung orang kulit hitam juga pernah dibakar oleh pendemo kulit putih. Di Oklahoma. Di masa silam.
Antioch memang tergolong kota ”baru”. Tahun 1848 Antioch masih tanah kosong. Seorang pendatang dari Boston –yang penduduknya sudah pada– ingin punya padang gembalaan. Ia ke San Francisco. Lalu naik kapal kecil menyusuri teluk San Francisco ke arah pedalaman. Air laut yang melewati bawah jembatan Golden Gate itu memang menjorok sampai jauh ke pedalaman. Sampai lebih 60 Km. Sampai bertemu dengan muara sungai Sacramento.
Ketika mencapai kilometer 50 perahu itu berhenti. Ditambatkanlah kapal itu di tepi daratan. Di situlah ia memulai usaha peternakan: babi, sapi dan unggas. Ia bisa membuka lahan di situ seluas yang ia mau.
Setelah penduduk bertambah ia memutuskan memberi nama kota itu: Antioch. Itu mengambil nama dari kota yang terkenal di dunia Kristen: kota Antioch. Di Pantai laut Tengah. Sejajar dengan pantai Lebanon.
Antioch sudah jadi kota penting sejak sebelum Masehi. Semua penguasa masa silam merebut kota itu. Juga semua agama.
Letak kota Antioch itu kini masuk wilayah Turki. Di paling Selatan. Berbatasan dengan Syria.
Setelah Yesus disalip memang banyak pengikutnya lari ke utara. Ke arah Antioch ini. Murid Yesus terpenting lainnya, Paulus, lebih ke utara lagi. Sedikit. Ke pegunungan dekat kota tua Ephesus.
Di situ Paulus menyelamatkan Maria, ibunda Yesus. Di sebuah rumah yang kini jadi pusat turisme. Di rumah itu pula Paulus menulis Injil.
Saya pernah ke rumah ini –dua tahun lalu.
Sedang kota di dekat San Francisco itu diberi nama Antioch juga karena sejarah itu. Di Antioch ini pengikut Yesus mengonsolidasikan diri. Di situ pula para pengikut Yesus mulai menyebut diri mereka sebagai orang Kristen.
Sampai kemarin belum ada kota lain yang ingin mengikuti jejak wali kota Antioch. Meminta maaf, meskipun tidak perlu anggaran, kelihatannya juga tidak mudah. Justru yang anggarannya besar yang semua orang ingin melakukannya. (*)