Saya akan bertanya kelak: apakah kepada tiga orang itu diberikan VakNus dengan kadar yang lebih minimal. Kepada para relawan saya memang sudah menjelaskan: ini uji coba. Dosis yang disuntikkan tidak akan sama. Untuk mencari dosis mana yang paling tepat.
Minggu depan mereka akan dites lagi oleh lab PNF (Profesor Nidom Foundation) Wisma Permai Surabaya. Untuk melihat perkembangan lebih lanjut.
Bulan depan tesnya akan ditambah lagi: Elise Spot. “Kami masih menunggu alat yang kami datangkan dari luar negeri,” ujar Prof Dr C. A. Nidom kemarin.
Yang pemeriksaan kemarin itu PNF menggunakan metode Elisa biasa. Hanya saja bukan hanya IgG yang diperiksa, tapi juga IL-6. “Kami sudah punya alat untuk pemeriksaan Elise Spot tapi baru untuk binatang. Yang untuk manusia belum tiba,” ujar Prof Nidom.
Penemu vaksin flu burung itu sebenarnya ingin juga meneliti orang yang sudah divaksin Pfizer. Tapi belum mendapatkan sample.
Yang sudah ia lakukan adalah penelitian kepada yang sudah vaksin Sinovac 2 kali. Hasilnya seperti yang sudah saya tulis di Disway kemarin.
Prof Nidom sebenarnya juga sudah mengingatkan. Agar dalam uji coba fase 3 Sinovac diuji juga soal kemampuan proteksi itu. Termasuk harus diperiksa Ade-nya (Antibody Dependent Enhancement).
Tentu, itu penting.
Saya pun bertanya pada Prof Nidom: bagaimana ia menyikapi tekanan pada penelitian dan pendapatnya selama ini. “Faktanya seperti itu. Kan virus tidak bisa bohong dan tidak bisa dibohongi,” jawabnya.
“Itu bedanya peneliti tentang virus dan peneliti tentang politisi…??????,” tulisnya. (*)