Di masyarakat nusantara, alat musik dari bambu berkembang lebih jauh dan sangat khas, karena tidak terbatas pada alat musik tiup. Di Indonesia bagian timur, misalnya, alat musik tiup dari bambu sudah berkembang sehingga menyerupai terompet dengan berbagai ukuran sehingga bisa dimainkan sebagai orkestra. Kompetisi orchestra musik bambu di Gorontalo dan Sulawesi Utara merupakan kegiatan yang sering diselenggarakan.
Lebih dari itu, di nusantara berkembang juga alat musik perkusi dari bambu. Di masyarakat Sunda dikenal angklung. Di berbagai daerah di Jawa dan Sunda serta Bali, juga digunakan bambu untuk ridik atau calung dengan cara memukul untuk membunyikannya. Bahkan di daerah Banyumas dan sekitarnya dalam satu perangkat gamelan tradisional untuk mengiringi tarian (lengger, misalnya) gongnya terbuat dari bambu besar yang dibunyikan dengan cara ditiup.
Selain itu, pada seperangkat gamelan, selain seruling yang diguanakan dalam sebuah orkestra, bambu merupakan material pendukung yang tidak tergantikan, khususnya untuk membuat ruang resonansi pada gender dan demung, sehingga suaranya lebih nyaring.
Bambu Sebagai Alat Transportasi
Untuk transportasi, bambu paling umum dibuat menjadi rakit. Rakit bambu dalam ukuran yang pendek, sekitar tiga meter dengan sekitar delapan batang bambu biasa digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan dengan jala tebar. Bentuknya yang datar dan cukup stabil membuat nelayan leluasa berdiri di atas rakit dan gerakannya bebas untuk melemparkan jala. Rakit ini membantu nelayan untuk menjangkau perairan di sungai atau danau yang tenang yang diduga terdapat banyak ikan.
Rakit yang panjang, biasanya menggunakan bambu secara utuh dirangkai secara berjajar, sehingga ujungnya mencuat ke atas, biasanya digunakan untuk mengangkut barang, atau untuk penyeberangan. Rakit jenis ini bahkan bisa digunakan untuk mengangkut barang yang cukup besar dan banyak, termasuk sepeda motor.
Pada masa lalu, ketika sungai merupakan alur transportasi yang penting, rakit merupakan moda transportasi yang efektif untuk menelusuri sungai. Tenaga penggeraknya hanya dengan kekuatan manusia yang menggunakan galah bambu untuk mendorong rakit bergerak, bahkan galah ini mungkin hanya untuk mengendalikan arah rakit
yang bergerak memanfaatkan arus air.
Dalam transportasi air, bambu biasanya digunakan juga sebagai cadik atau kitir sampan yang diikat pada sebatang kayu yang melintang, sehingga posisi bambu sejajar dengan perahu. Cadik ini untuk membantu keseimbangan sampan dan tidak terobang-ambing gelombang
yang membuatnya bisa terbalik. Selain itu, bambu juga bisa dibuat menjadi gerobak.