Menurut pemain Newcastle United itu, Al Rihla terlalu ringan dibandingkan dengan bola lainnya sehingga sulit untuk menyesuaikan diri.
Teknologi tinggi pada bola ini ternyata membutuhkan persiapan yang tepat sebelum pertandingan.
Maximilian Schmidt, salah satu pendiri KINEXON yang menjadi produsen sekaligus pengembang Al Rihla memberi penjelasan lengkap.
"Data yang dikirim itu berasal dari sensor untuk menentukan posisi. Teknologi itu membutuhkan antena yang diinstalasi di sekeliling lapangan hijau" ujarnya.
Dia kemudian mengatakan bahwa antena itu akan menangkap dan menyimpan data untuk digunakan oleh wasit yang berada di ruangan VAR.
"Ketika bola keluar lapangan dan diganti dengan yang baru, KINEXON membuat bola baru secara otomatis mengirim sinyal pada antena tanpa perlu bantuan manusia" tambah Schmidt.
Al Rihla yang canggih disebutnya bisa mengirim 50 frames per detik untuk menciptakan data yang akurat.
Untuk bisa digunakan, Schmidt membocorkan rahasia bahwa bola itu harus dicas terlebih dahulu sebelum pertandingan.
Baterai kecil yang ada di dalam bola bisa aktif selama enam jam sejak dayanya penuh.(disway)
Sumber: www.disway.id