iklan Tampak petani kelapa ketika membongkar muatan kelapanya ke kapal untuk di ekspor.
Tampak petani kelapa ketika membongkar muatan kelapanya ke kapal untuk di ekspor. (Iwan Kurniawan / Jambiupdate)

JAMBIUPDATE.CO, MUARASABAK - Dalam beberapa bulan terakhir ini petani perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Tanjabtim, terus menjerit. Pasalnya, harga yang diharapkan tak kunjung stabil dari tahun 2022 hingga awal tahun 2023 ini.

Saat ini harga kelapa dalam hanya berkisar Rp. 900 - 1.100 per butir. Hal itu tentunya membuat petani mengeluh dan banyak memilih tidak memanen buah kelapa dari perkebunannya. 

Seperti Adnan, salah satu petani kelapa dalam yang ada di Kecamatan Kuala Jambi. Dirinya sudah lama tidak memanen buah kelapanya, dan baru ini mulai panen kembali. Hal itu terpaksa dilakukannya karena kebutuhan hidup. 

"Tapi saya tidak jual bulat, karena harganya masih murah. Jadi saya jual kelapa cungkil atau kopra mentah. Kalau kawan kemarin jual ke toke sekitar Rp. 3.000 per Kg nya," katanya saat ditemui di kebunnya, Minggu (15/1) kemarin.

Menurutnya, petani kelapa dalam sudah merana sejak lama. Bahkan dulu harga kelapa bulat pernah sampai Rp. 700 per butir, sehingga berdampak juga terhadap harga jual kopra. Tapi sekarang sedikit naik, jadi harga kopra juga naik. "Kalau harga ini pengaruhnya dari permintaan ekspor dari Malaysia dan Singapura. Sekarang permintaan ekspor tidak ada, makanya harga kelapa murah," sebutnya.

Dengan kondisi saat ini, Adnan mengakui, petani kelapa dalam memang berjuang sendiri tanpa adanya bantuan pemerintah, karena belum pernah mendapatkan bantuan pupuk subsidi. Jadi petani hanya menggunakan pupuk organik maupun pupuk kimia. "Kami berharap harga kelapa bisa kembali normal dan stabil. Sehingga harga kopra pun juga bisa ikut naik," harapnya.


Berita Terkait



add images