iklan
“Misi saya memberi saya tantangan besar,” katanya. “Orang tua di luar menjadi gila karena kesedihan mereka, berteriak dan menangis untuk anak mereka. Jadi saya mencoba untuk berbelas kasih semampu saya dan berusaha membuat jasad anak-anak mereka terlihat rapi sehingga mereka bisa mengucapkan selamat tinggal.”

Al-Maghari berfokus pada penampakan umum jasad, menyeka darah dan debu, kemudian menuliskan nama mereka di kain kafannya.

Anggota keluarga yang masih hidup sangat terkejut melihat bagian tubuh orang yang mereka cintai terkoyak, yang kemudian ia tempatkan dengan hati-hati dalam satu kain kafan.

“Momen perpisahan terakhir ini selalu memilukan dan kejam,” ujarnya. “Kadang-kadang saya menerima jenazah yang tidak memiliki ciri-ciri, karena pecahan peluru yang dapat meledak. Di sini, saya mengikat kain kafan itu hingga tertutup agar anggota keluarga tidak mengingat orang yang mereka cintai dalam keadaan yang begitu mengerikan.”

Seringkali, ia harus menyelubungi jenazah di dalam ambulans yang tiba di rumah sakit karena terlalu sulit untuk membawa potongan-potongan tubuh tersebut ke ruang kerjanya untuk dicuci dan dikafani. (*)


Sumber: tempo.co

Berita Terkait



add images