Di Yordania, warga yang pro-boikot terkadang memasuki cabang McDonald's dan Starbucks untuk mendorong pelanggan yang sedikit agar pergi ke tempat lain. Beredar video yang memperlihatkan tentara Israel sedang mencuci pakaian dengan merek deterjen terkenal yang diimbau untuk diboikot oleh pemirsa.
“Tidak ada yang membeli produk-produk ini,” kata Ahmad al-Zaro, seorang kasir di sebuah supermarket besar di ibu kota Amman di mana pelanggannya memilih merek lokal.
Di Kuwait City pada Selasa malam, tur ke tujuh cabang Starbucks, McDonald's dan KFC mendapati semuanya hampir kosong.
Di Rabat, ibu kota Maroko, seorang pekerja di cabang Starbucks mengatakan jumlah pelanggan menurun secara signifikan pada minggu ini. Pekerja dan perusahaan tidak memberikan angka pastinya.
McDonald's Corp mengatakan dalam sebuah pernyataan bulan lalu bahwa pihaknya "kecewa" dengan disinformasi mengenai posisinya dalam konflik tersebut dan bahwa pintunya terbuka untuk semua. Waralabanya di Mesir telah menegaskan kepemilikannya di Mesir dan menjanjikan bantuan sebesar 20 juta pound Mesir ($650.000) ke Gaza.
Saat diminta komentar, Starbucks merujuk pada pernyataan di situsnya tentang operasinya di Timur Tengah yang diperbarui pada Oktober. Pernyataan tersebut mengatakan bahwa perusahaan tersebut adalah organisasi non-politik dan menepis rumor bahwa mereka telah memberikan dukungan kepada pemerintah atau tentara Israel. Starbucks, yang awal bulan ini melaporkan rekor pendapatan pada kuartal keempat, mengatakan tidak ada lagi yang bisa dibagikan dalam bisnisnya.
Perusahaan Barat lainnya tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters. (*)
Sumber: tempo.co