iklan
“Ini yang menjadi alasan kita selalu Level II untuk antisipasi preventif agar menghindari kejadian yang tidak kita inginkan bersama,” kata Hendra.

Hendra mengatakan, saat ini aktivitas vulkanik Gunung Marapi berada di Kawah Verbeek. Ia menunjukkan foto kawah tersebut yang diambil pada Agustus 2023. Kawah tersebut seperti lubang raksasa dan tidak terlihat adanya asap dari dalamnya.

“Ini yang membuat kita masyarakat melihat gunung ini seperti aman tidak ada apa-apa. Yang sangat berbahaya yang diam seperti ini, oleh karenanya relasinya dengan kenapa ada di Level II karena seperti ini. Level II artinya lebih ke preventif, secara visual memang tidak ada apa-apa, dan secara kegempaan mungkin hanya ada satu gempa per bulan. Tapi sejarahnya erupsinya selalu terjadi,” kata Hendra.

Dilarang Mendekat Sejauh 3 Kilometer dari Kawah Gunung Marapi

Hendra mengatakan tindakan antisipasi lainnya dengan mematok rekomendasi agar tidak mendekat dalam radius tiga kilometer dari kawah aktif Gunung Marapi. “Oleh karenanya, kami buat rekomendasi tiga kilometer berdasarkan statistik adanya erupsi setiap dua sampai empat tahun, hanya tanggal dan bulan kami tidak pernah tahu, ini kondisinya,” kata dia.

Hendra mengatakan, pada 3 Desember 2023 pukul 14.54 WIB terjadi letusan tiba-tiba dengan menghasilkan abu setinggi 3 kilometer. Letusan dengan intensitas tersebut memang bukan yang pertama, dan bukan terhitung yang terbesar. “Sekitar 2017 erupsi kurang lebih sama dan saat itu sedang banyak pendaki juga, tapi tidak ada korban,” kata dia.

Diduga Akumulasi Gas yang Terkumpul Bertahun-tahun

Erupsi yang terjadi 3 Desember 2023, menurut dia, diduga akibat akumulasi gas yang terkumpul selama bertahun-tahun. “Dugaan kami sementara, faktor erupsi kemarin itu mungkin ada akumulasi gas secara perlahan, sulit diprediksi karena kecil. Tapi, berakumulasi selama berbulan-bulan, bertahun-tahun, itu yang menyebabkan erupsi Gunung Marapi butuh waktu 2 tahun 4 tahun, semakin lama tidak erupsi, potensi erupsinya semakin kuat karena ada akumulasi gas,” kata dia.
Sejak 2011 status Gunung Marapi berada di Level II, Hendra mengatakan lembaganya rutin mengirim surat rekomendasi memberitahukan status aktivitas gunung api tersebut. Surat tersebut dikirimkan satu bulan dua kali. Pada saat letusan 3 Desember 2023, pengamat gunung api diklaimnya telah mengabarkan terjadinya letusan tersebut pada otoritas terkait.


Berita Terkait



add images