iklan
Tanpa adanya toilet yang memadai, kebiasaan buang air besar di tempat terbuka semakin marak, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan penyebaran penyakit lebih lanjut, terutama saat hujan dan banjir.

“Kami menghabiskan lima hari di luar ruangan. Dan kini hujan membanjiri tenda,” kata warga pengungsi, Bilal al-Qassas. “Kemana kami akan bermigrasi? Martabat kami hilang. Dimana perempuan bisa buang air kecil? Tidak ada kamar mandi.”

Pria berusia 41 tahun itu mengatakan, “Kami mulai merindukan kematian. Kami tidak ingin makan atau minum.”

Israel membantah mempunyai rencana untuk mendorong warga Palestina ke Sinai, sementara Mesir mengatakan mereka tidak menginginkan kedatangan massal orang-orang dari Gaza.

Namun, pagar perbatasan Gaza-Mesir telah diterobos di masa lalu, sehingga memicu kekhawatiran bahwa pengungsian yang tidak terkendali dapat kembali terjadi kali ini.

Israel memulai kampanye pengeboman untuk menghancurkan Hamas setelah kelompok tersebut menyerbu pagar perbatasan pada 7 Oktober lalu, menewaskan 1.174 warga Israel.

Sejak itu, pemboman dan pengepungan Israel telah menewaskan sedikitnya 18.608 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan Palestina. Ribuan orang lainnya dikhawatirkan terkubur di reruntuhan. (*)


Sumber: tempo.co

Berita Terkait



add images