Kepala badan bantuan PBB OCHA untuk wilayah pendudukan Palestina mengatakan bahwa Israel terus-menerus memblokir konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza utara.
“Mereka sangat sistematis dengan tidak mengizinkan kami memberikan bantuan kepada rumah sakit, dan ini merupakan tindakan yang sangat tidak berperikemanusiaan yang bagi saya tidak dapat dipahami,” kata Andrea De Domenico.
Hal ini tidak seperti yang diungkapkan oleh Israel dalam pembelaannya di sidang Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan genosida di Gaza. Afrika Selatan sebagai penggugat menyatakan bahwa Israel secara sistematis memblokir bantuan kemanusiaan melalui pintu perbatasan di Rafah.
Israel justru menyalahkan Mesir, yang berbatasan dengan Gaza. Mereka menyebut Mesir yang mempersulit masuknya bantuan kemanusiaan, meski faktanya Israel-lah yang memiliki kuasa untuk mengizinkan bantuan masuk atau tidak di Rafah.
Di Gaza tengah, kekurangan bahan bakar memaksa generator utama Rumah Sakit Martir Al Aqsa di Deir el-Balah ditutup, kata kementerian kesehatan Gaza.
Para dokter di Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza khawatir pemadaman listrik membahayakan nyawa pasien mereka yang paling rentan.
“Situasi ini mengancam nyawa banyak pasien dan bayi baru lahir,” kata seorang dokter di fasilitas tersebut kepada Al Jazeera.
“Kami mencoba untuk bekerja dengan apa yang kami miliki tetapi kami harus berhenti bekerja sepenuhnya karena kami tidak mempunyai listrik.
“Ada pemadaman total. Bagaimana kami bisa merawat pasien?” dia bertanya.