JAMBIUPDATE.CO,- Tentara Israel menangkap koresponden Al Jazeera berbahasa Arab Ismail al-Ghoul selama 12 jam. Ia telah dibebaskan setelah ditangkap dan dipukuli habis-habisan oleh pasukan Israel di Rumah Sakit al-Shifa Kota Gaza.
Al-Ghoul berada di sana pada Senin pagi bersama krunya dan wartawan lainnya untuk meliput serangan keempat tentara Israel ke rumah sakit tersebut. Ribuan warga sipil terjebak di rumah sakit itu termasuk staf medis, pasien, dan keluarga pengungsi.
Saksi mata mengatakan reporter Al Jazeera diseret oleh pasukan Israel. Tentara Israel juga menghancurkan kendaraan penyiaran kru berita di fasilitas medis tersebut. Dia kemudian dibebaskan setelah 12 jam ditahan Israel.
Al-Ghoul mengatakan kepada Al Jazeera setelah pembebasannya bahwa pasukan Israel menghancurkan peralatan media dan menangkap jurnalis yang berkumpul di sebuah ruangan yang digunakan oleh tim media. Dia mengatakan para jurnalis itu ditelanjangi dan dipaksa tengkurap dengan mata ditutup dan tangan mereka diikat.
Tentara Israel akan melepaskan tembakan untuk menakuti mereka jika ada gerakan, kata al-Ghoul. Ia menambahkan, telah mendengar beberapa rekannya juga dibebaskan, namun tidak memiliki cukup informasi mengenai keberadaan mereka.
Rumah Sakit Al-Shifa, yang terbesar di Jalur Gaza, telah menjadi basis bagi para jurnalis untuk melaporkan perang Israel selama lebih dari lima bulan di wilayah kantong Palestina.
Hani Mahmoud dari Al Jazeera, melaporkan dari Rafah, mengatakan al-Ghoul disiksa, dipukuli dan ditahan oleh militer Israel bersama dengan anggota krunya.
Mahmoud, mengutip para saksi, mengatakan banyak warga Palestina yang dipukuli dan dicaci-maki. Beberapa di antaranya ditutup matanya dan tangan mereka diikat ke belakang. Mereka kemudian dimasukkan ke dalam truk militer Israel dan dibawa ke lokasi yang tidak diketahui.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel meluncurkan rudal dan melepaskan tembakan ke salah satu gedung rumah sakit, membunuh dan melukai warga Palestina. Kekejian lainnya adalah sebagian halaman rumah sakit dibuldoser.
Menurut Mahmoud, pasukan Israel juga telah menangkap lebih dari 80 warga Palestina lainnya, termasuk staf medis perempuan dan jurnalis lainnya.
“Tentara Israel membuat daftar tuduhan bahwa mereka sedang mencari orang-orang di dalam kompleks tersebut tetapi sejauh ini belum memberikan bukti substansial… untuk membenarkan apa yang terjadi di dalam Rumah sakit Al-Shifa,” kata Mahmoud.
Israel telah berulang kali mengatakan Hamas, kelompok bersenjata Palestina yang memerintah Jalur Gaza yang terkepung, telah “berkumpul kembali” di dalam Rumah Sakit Al-Shifa. Israel mengklaim Hamas menggunakan rumah sakit untuk memerintahkan serangan.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Institut Pers Internasional (IPI) mengutuk penangkapan al-Ghoul.
“Jurnalis memainkan peran penting dalam perang. Mereka adalah mata dan telinga yang kita perlukan untuk mendokumentasikan apa yang terjadi, dan dengan setiap jurnalis terbunuh, setiap jurnalis ditangkap, kemampuan kita untuk memahami apa yang terjadi di Gaza berkurang secara signifikan,” Jodie Ginsberg, CEO CPJ, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Ini adalah konflik terburuk bagi jurnalis yang pernah didokumentasikan oleh Komite Perlindungan Jurnalis, dan situasinya semakin buruk.”
Scott Griffen, wakil direktur IPI, mengatakan organisasi tersebut “sangat khawatir” dengan penangkapan al-Ghoul. Penahanan Al-Ghoul, menunjukkan risiko yang dihadapi semua jurnalis di Gaza setelah Israel membunuh “puluhan” jurnalis selama perang.
Hingga Senin, setidaknya 95 jurnalis dan pekerja media, sebagian besar dari mereka adalah warga Palestina, telah terbunuh sejak perang dimulai pada 7 Oktober, menurut CPJ. (*)
Sumber: tempo.co