JAMBIUPDATE.CO,- Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan menilai Amerika Serikat dan negara-negara Eropa belum memberi reaksi yang cukup kuat untuk menekan Israel agar menyetujui gencatan senjata di Gaza setelah Hamas menerima proposal mengenai hal tersebut. Berbicara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Konsultasi Cendekiawan Muslim Dunia di Istanbul pada Minggu, 12 Mei 2024, Erdogan sebaliknya memuji langkah Hamas dalam menerima proposal dari Qatar dan Mesir.
“Hamas telah mengambil langkah yang sangat penting menuju gencatan senjata permanen. Namun, respons pemerintahan Netanyahu adalah menyerang orang-orang tak berdosa di Rafah,” katanya.
Ia menilai “sudah jelas” siapa yang berpihak pada perdamaian dan dialog, dan siapa yang menginginkan bentrokan terus berlanjut dan ada lebih banyak pertumpahan darah.
“Apakah Netanyahu menghadapi reaksi serius atas perilaku manjanya? Tidak. Baik Eropa maupun Amerika tidak menunjukkan reaksi yang akan memaksa Israel melakukan gencatan senjata,” tutur Erdogan.
Sumber di keamanan Turkiye mengatakan Kepala intelijen Erdogan yang bernama Ibrahim Kalin rapat dengan para pemimpin Hamas di Doha kemarin untuk membahas perundingan gencatan senjata dan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Operasi militer Israel di Gaza semakin mendapat sorotan dalam beberapa pekan terakhir, seiring dengan meningkatnya jumlah warga sipil yang tewas dan kehancuran di wilayah kantong pesisir tersebut.
Sebanyak 35.034 orang telah terbunuh dan 78.755 lainnya luka-luka akibat serangan dan blokade ketat Israel sejak 7 Oktober 2023. Turkiye mengecam serangan Israel di Gaza, menyerukan gencatan senjata segera, dan mengkritik dukungan “tanpa syarat” dari negara-negara Barat kepada Israel.
Erdogan mengatakan pihaknya telah memberlakukan pembatasan ekspor terhadap 54 jenis produk ke Israel dan menangguhkan perdagangan bilateral untuk mendorong Israel agar melakukan gencatan senjata dan meningkatkan bantuan kemanusiaan. Negara Eurasia itu juga memutuskan untuk bergabung dengan gugatan Afrika Selatan untuk mengadili Israel atas genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).
“Dengan keputusan yang kami ambil, kami telah menghabiskan sekitar AS$9,5 miliar dari volume perdagangan. Keputusan kami melakukan intervensi dalam kasus genosida yang diajukan terhadap Israel di Mahkamah Internasional bertujuan meminta pertanggungjawaban para pembunuh,” katanya.
Rencana serangan darat Israel ke Rafah, yang menjadi tempat berlindung bagi sekitar 1,4 juta warga Palestina yang mengungsi, telah memicu ketegangan lebih lanjut antara Israel dan komunitas internasional, termasuk sekutu utamanya Amerika Serikat. Turkiye pada Jumat lalu, 10 Mei 2024, menyambut baik dukungan Majelis Umum PBB, yang setuju memberikan “hak dan keistimewaan” baru kepada Palestina serta menyerukan Dewan Keamanan agar mempertimbangkan kembali permintaan Palestina untuk menjadi anggota PBB.
“Kami melihat negara-negara yang menceramahi kami tentang hak asasi manusia dan kebebasan di setiap kesempatan secara terbuka mendukung mereka yang membantai 35 ribu warga Gaza. Kami melihat mereka yang sampai kemarin mengatakan hak untuk melakukan protes itu sakral, tidak dapat mentolerir demonstrasi yang mendukung Palestina,” kata Erdogan, mengutip angka dari Kementerian Kesehatan Gaza. (*)
Sumber: tempo.co