iklan Aktivitas bongkar muat kelapa di Tanjabtim beberapa waktu lalu. Kini harga komoditas andalan Tanjabtim ini turun drastis.
Aktivitas bongkar muat kelapa di Tanjabtim beberapa waktu lalu. Kini harga komoditas andalan Tanjabtim ini turun drastis.

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - Harga kelapa dalam di Tanjungjabung Timur sempat melejit hingga Rp7.000 per kilogram.

Kini harga kelapa dalam turun drastis menyentuh angka Rp3.500 hingga Rp3.700. Kondisi ini membuat petani menjadi lesu

Riko, salah seorang pengepul kelapa di wilayah itu mengaku sudah dua kali merugi akibat harga yang terus menurun saat menunggu proses pengangkutan ke gudang.

BACA JUGA: Respon Laporan Warga, Edi Purwanto Sidak ke Lokasi Proyek Drainase Kota Jambi

“Dua kali Saya rugi, sekitar Rp400 per kilogram. Permintaan sebenarnya tinggi, tapi karena antrean muat dan sistem pembayaran yang terlambat, kami kesulitan menyesuaikan harga," ujarnya.

Ia menambahkan, sistem pembayaran yang digunakan berbasis Delivery Order (DO), sehingga pembayaran dari gudang bisa tertunda hingga lima hari. Hal ini secara otomatis menyebabkan keterlambatan pembayaran ke petani.

"Kalau kita belum dibayar, petani juga belum bisa dibayar. Ini yang jadi beban," jelas Riko.

BACA JUGA: Terlibat Narkoba, Eks Polisi Ditangkap di Bungo Bersama 22 Paket Sabu

Sementara itu, harga pinang yang sebelumnya sempat menembus Rp30.000 per kilogram, kini stabil di angka Rp20.000. Meski tidak se fluktuatif kelapa, petani pinang tetap menghadapi kendala serupa.

"Barang banyak, tapi pembayaran susah. Kadang-kadang harus tunggu lama dari toke," ungkap Sugeng, salah satu petani pinang.

Kondisi ini membuat petani dan pengepul berada dalam posisi sulit. Meski harga tak menguntungkan, mereka tetap harus melakukan panen sebagai satu-satunya sumber penghasilan.

"Tidak bisa berhenti. Mau tidak mau, panen tetap harus jalan," pungkas Sugeng. (*)


Berita Terkait



add images