iklan
Tampaknya petani karet harus mengencangkan ikat pinggang. Pasalnya, harga komoditas andalan Jambi tersebut sejak awal bulan lalu terus menurun. Tak tanggung-tanggung,  data Dinas Perkebunan (Disbun) sendiri harga karet dari Rp.21.000 bulan lalu, turun jadi Rp 19.100 per Kg. Kondisi ini diperparah ekonomi yang belum, begitu bergairah.

Kabid Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Disperindag Provinsi Jambi, Filda Deviarni, mengatakan, luas lahan perkebunan karet provinsi Jambi mencapai 659.825 hektar atau 54 persen dari luas tanaman perkebunan provinsi Jambi. Lahan seluas itu, dikelola oleh  525.505 petani dengan total hasil produksi mencapai 233.044 ton/tahun.

Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), Hatta Arifin menyatakan turut menyayangkan harga karet Indonesia yang masih ditentukan oleh mekanisme pasar internasional.

Untuk itu, ditahun ini pihak Gapkindo secara bersama-sama melakukan upaya untuk menaikkan posisi tawar harga karet dengan cara memberlakukan kuota ekspor serta mengurangi ekspor karet. "Pengurangan produksi ekpor karet sebesar 10 pesen ini dapat sedikit mendongkrak harga karet internasional," tuturnya.

Rendahnya harga ekspor karet membuat harga di petani semakin lebih murah. Dan itu membahayakan.

Sementara itu, pengamat  Ekonomi Jambi, Pantun Bukit menyatakan dampak dari penurunan harga karet ini cukup berpengaruh terhadap perekonomian Jambi.  Penurunan harga karet akan memiliki dampak terhadap pendapatan petani yang nantinya akan berimbas ke daya beli petani. Dengan turunnya daya beli petani makanakan berimbas terhadap permintaan.

"Dengan turunnya pendapatan petani maka akan berimbas juga ke penundaan pembayaran ataupun kredit macet. terlebih, sebentar lagi sudah mau memasuki masa ujian nasional maka akan banyak petani yang mengalami masa terjepit," tuturnya.

Sementara itu para petani mulai mengeluh. Seperti halnya petani di Batanghari. Seorang petani karet warga Muarajangga, Feri Kurniawan, ketika dikonfirmasi mengatakan, dalam minggu terakhir ini, harga karet setiap harinya selalu turun, dan hingga Kamis (27/02), harga karet hanya Rp 6000 per kilogram.
--batas--
"Kami juga tidak mengerti penyebab turunnya harga karet di pasaran. Apakah memang harga karet di daerah lain turun atau hanya di Batanghari saja. Kalau memang secara nasional turun petani tidak bisa berbuat apa-apa," ujar peri.

Kadis Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi M Rizal melalui Kabid Perdagangan, Suparno, membenarkan hal tersebut, harga karet akhir dalam seminggu ini memang turun drastis. “Harga karet akhir-akhir ini memang turun, dari yang sebelumnya sempat 15.000 per kilonya, namun sekarang sudah turun menjadi 6000, 7000 per kilonya,” pungkasnya.

Setali tiga uang, petani karet di Tanjabtim juga mengeluhkan turunnya harga karet. "Padahal minggu kemarin harga karet kami dibeli pengepul Rp 6.300 perkilo," keluh Susi, salah seorang petani karet di Tanjabtim.

Kini, lanjutnya, dia hanya menjual karet Rp 6000 per kilo. Penurunan harga karet terjadi pada awal-awal minggu ini. Dia pun tidak dapat berbuat banyak dengan penurunan harga karet.

Saiful salah seorang petani karet saat dikonfirmasi  tidak tahu penyebabnya. Turunnya harga getah tentu saja membuat para petani karet bertanya-tanya, Ahmadi salah seorang warga Tanjung Rambai Kelurahan Gunung Kembang ketika di temui harian ini beberapa waktu lalu mengungkapkan kekecawaannya. “seharusnya harga getah mahal karena saat ini musim penghujan,  karena para petani sulit untuk mendapatkan getah," katanya.

Pihak pembelipun juga mengeluh dengan keadaan ini,  Ismail adik tokeh getah Mansur saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu membenarkan hak tersebut. “Harga getah turun lagi sejak 3 hari yang lalu, kami juga mengikuti perkembangan harga yang ada, sebab harga karet mengikuti perkembangan karet global,” katanya.

Dari Kabupaten Muarojambi dilaporkan bahwa kondisi harga getah karet di tingkat masyarakat terus merosot, saat ini harga getah karet oleh pengumpul hanya dihargai 6 ribu rupiah per kilonya, hal ini terlah terjadi sejak 2 bulan belakangan ini.

Ahmad seorang warga Pijoan Kecamatan Jaluko Muarojambi ini satu diantara ribuan petani karet yang kerkena dampak merosotnya harga komuditi mayoritas ini. "Sudah berminggu-minggu harga karet tak kunjung naik. Ini cukup menyulitkan bagi kami yang hidupnya menggantungkan pada harga karet," ujar Ahmad

Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (DisKoperindag) Muaro Jambi, Muktamar, mengaku mengetahui turunnya harga komuditi karet ini. Hanya saja, menurut dia, pihak pemerintah tidak bisa berbuat banyak, mengingat harga komuditi karet trendnya mengikuti harga internasional.

HARGA KARET VERSI DISBUN
TANGGAL HARGA(Rp)
1/2 21.100
5/2 20.000
10/2 19.500
13/2 19.700
19/2 19.800
25/2 18.500
16/2 19.100

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images