Ternyata partai kurang berkontribusi sebagai penyumbang suara di Pemilu Legislativ (Pileg) 09 April mendatang. Yang lebih dominan sebagai penyumbang suara itu figur dari Caleg yang bertarung.
Hal ini tergambar dari hasil survei yang dilakukan Idea Institute di Kerinci dan Sungaipenuh pada akhir Januari hingga awal Februari kemarin.
Direktur Idea Institute, Jafar Ahmad kepada sejumlah wartawan mengatakan, metodelogi dalam survei ini dari jumlah pemilih sebanyak 260.907, jumlah responden yang digunakan 279 responden atau 0,1 persen. Survei dilakukan di 22 kecamatan dari 24 kecamatan, diluar minus Siulak Mukai dan Gunung Raya. Adapun metodenya cluster random sampling kecamatan. “Ini metode seefisien mungkin untuk memprediksi 90 persen keterpilihan anggota DPRD Provinsi Jambi dengan 0,1 responden,” ujarnya.
Dari hasil survei tersebut, ia menyimpulkan bahwa Caleg yang berpeluang masuk ke DPRD Provinsi Jambi itu disumbangkan oleh calon yang mempunyai record yang panjang. Dimana nama-nama yang diprediksi bakal masuk tersebut yakni mulai dari Demokrat dengan Caleg yang punya kans Hasani Hamid, di NasDem bersaing antara Edmon dan Ade Utama, PKS Nopantri dan Golkar Gusrizal. Kemudian, Hanura juga ada dua Caleg yang bersaing Djamaluddin dan Djasri M, PAN bersaing antara Yos Adrino dan Liberty. Kemudian berikutnya berpeluang diisi oleh Gerindra dengan perebutan antara Yanti Maria Susanti dan Tasmaludin serta terakhir Muntalia dari PKB.
“12 nama yang memungkinkan memperoleh kursi itu semuanya sudah mempunya record yang panjang dan mungkin hubungan mereka dengan masyarakat selama ini dijaga dengan baik. Saya kira itu,” tuturnya.
Menurutnya, ada ancaman terhadap partai yang memperoleh kursi keenam yaitu PAN. Dalam hitungannya sisa suara yang diperoleh Demokrat itu hanya selisih 5 Ribu dengan selisih suara yang diperoleh oleh PAN.
--batas--
“Jadi suara sisa Demokrat di kursi pertama setelah hitungan Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) itu sisanya 5 kurang dari total suara yang diperoleh PAN. Jadi kalau Demokrat memperoleh dua kursi PAN akan tersingkir,” imbuhnya.
Soal bertolak belakangnya dengan hasil survei nasional, ia mengatakan ini pengaruh faktor figure Caleg. Selain itu, dua kepala daerah dari Demokrat juga berpengaruh terhadap suara pada pileg mendatang.
“Itu karena calon yang mereka tampilkan itu relativ kuat. PKS itu diuntungkan oleh Nopantri yang didukung keterkenalannya ketika mencalonkan diri di Pilkada kemarin. Juga factor kepala daerah, seperti Sungaipenuh itu Ketua Demokrat AJB juga walikota. Di Kerinci Demokrat juga kebetulan memenangkan Pilkada melalui Adirozal,” imbuhnya.
Sedangkan untuk DPR RI dan DPD RI, memang tidak semua Caleg yang disebut dalam pertanyaan yang disampaikan ke responden. Untuk DPR RI ia hanya menyebut 20 nama dan DPD RI 15 nama. “Ini berdasakran nama-nama calon yang dianggap sudah melakukan sosialisasi dan namanya muncul di Kerinci,” tandasnya.
Berdasarkan hasil surveinya, untuk DPR RI untuk Kerinci, popularitas tertinggi tertinggi didapatkan Caleg DPR RI yang memang sudah memiliki sejarah panjang seperti Ami Taher yang sempat mendaftar sebagai peserta pemilukada Kerinci berada di posisi teratas dengan angka 34,4 persen, disusul Muradi, Dipo Ilham Jalil dan Elviana. Kemudian Dedi Masiuni, H Bakri dan Zulfikar Achmad. “Popularitas Ami juga paling signifikan yakni sampai 82,5 persen,” katanya.
Untuk DPD RI, hasil survei menempatkan popularitas Nuzran Joher di posisi teratas dengan angka signifikan yakni 68,3, Benny 31, 9 persen, Untung Susanto 22,5 persen dan disusul M Syukur 13,1 persen. “Dari sisi keterpilihan juga Nuzran tertinggi yakni 42,2 persen. Disusul Beni 7,6 persen, Untung 4,2 dan M Syukur 3,2 persen. Tapi masih ada 38,9 persen yang belum menentukan pilihan,” paparnya.
Selain itu, ia memastikan bagi calon yang belum muncul namanya ini murni persoalan akademik dan ia meyakini ini sebagai seorang akademisi yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah metodeloginya. “Sejauh ini saya bisa menjamin tidak ada satu pun pesanan dari Caleg dari nama mereka yang masuk,” pungkasnya.
sumber: jambi ekspres