iklan TAK LAYAK HUNI: Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus saat berdiskusi 
langsung dengan Nasution, salah satu penghuni rumah tak layak yang hidup
sebatangkara di Kelurahan Mendalo Darat, Kecamatan Jaluko.
TAK LAYAK HUNI: Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus saat berdiskusi langsung dengan Nasution, salah satu penghuni rumah tak layak yang hidup sebatangkara di Kelurahan Mendalo Darat, Kecamatan Jaluko.
Sebanyak 7. 000 rumah di dalam Provinsi Jambi ternyata dalam kondisi tak layak huni. Sebanyak 7. 000 rumah ini sebenarnya sudah masuk dalam data yang akan dibedah melalui program samisake, namun masih menunggu untuk direalisasikan.

Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus, usai meninjau beberapa rumah yang tak layak huni dan yang sudah dibedah di beberapa lokasi dalam Kota Jambi menerangkan, dalam 4 tahun ini, sebanyak 18 ribu rumah sudah ditangani.

“Selama 4 tahun ini, 18 ribu rumah masyarakat yang sudah dibedah. Menurut data kita, ada 7. 000 lagi belum dibedah. Diharapkan 2015 bisa terselesaikan,” akunya usai melakukan tinjauan.

Dia menerangkan, dalam waktu dekat, pihaknya juga akan menuju Kabupaten Batanghari. “Ada beberapa rumah, saya dapat informasi tak masuk data samisake namun rumahnya sangat parah dan harus dibedah. Makanya kita turun dalam rangka mempercepat proses bedah rumah masyarakat,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Gubernur tak segan masuk ke dalam semak belantara tempat tinggal salah seorang kakek yang hidup sebatangkara di RT 15, Kelurahan Mendalo Darat, Kecamatan Jaluko. Disini, Nasution, kakek berumur 74 tahun tinggal seorang diri di sebuah gubuk yang tak layak sekali dihuni.

Dinding gubuk itu sendiri dilapisi dengan sobekan karung. Nasution dalam kesempatan itu diajak untuk mau tinggal di panti Jompo. Hanya saja, nasution menolak dan enggan karena merasa kerasan tinggal di rumah itu.
--batas--
“Saya tidak mau tinggal disana (Panti jompo, red). Saya masih senang tinggal disini. Saya senang dengan pekerjaan yang bisa saja lakukan disini,” ungkap Nasution.

Dia sendiri di lokasi itu beraktifitas dengan bercocok tanam mengisi kekosongannya. Terlihat beberapa bibit di lokasi itu ditanam dan kemudian diolahnya. “Saya masak sendiri, ada periuk dan juga alat lainnya. Saya solat di dalam sini,” akunya.

Gubernur sendiri mengaku, dia bisa sampai di rumah Nasution karena mendapatkan laporan ada beberapa rumah masyarakat yang harus dibedah. “Ini laporan dari SP3 samisake, rumah ini tak termasuk dalam data penerima bedah rumah,” katanya.

“Nanti kita akan minta izin sama yang punya tanah untuk dibangun, karena kasihan sekali dengan bapak Nasution yang hanya dapat jatah raskin dan uang tak punya semua tak ada. Dia hanya makan sayuran. Saya tanya istri dan anaknya katanya di Medan. Ada anaknya 1 di Jambi, yang ekonominya katanya tak kuat juga,” tambahnya.

Sementara itu sebelumnya, Gubernur juga mendatangi salah satu rumah di RT 01, Kelurahan Kasang, Kecamatan Jambi Timur. Disini, nenek dari Diyanti Ayuningtyas tinggal. Bocah cilik yang akrab disapa Tyas itu mengidab penyakit jantung bocor.

Mujiono, kakek Tyas kepada harian ini menerangkan, penyakit yang diidab tyas diketahui sejak dia berumur 4 tahun. “Ini cucu saya yang pertama, harus dioperasi ke Jakarta dan biayanya diperkirakan Rp 80 juta,” katanya.

Perkiraan dana itu, katanya, diketahui berdasarkan keterangan dokter yang sebelumnya menangani Tyas. Diterangkannya, kondisi Tyas dalam kesehariannya seperti anak normal lainnya. Tak terlihat jika dia mengidab penyakit.

“Kalau kecapean dia nafasnya tak normal, kemarin dicek ke Puskesmas dan dirujuk ke arafah baru ketahuan kalau dia menderita jantung bocor,” terangnya.

Putri pasangan Rusdiono dan Mudiyawati ini mengalami pertumbuhan yang tak seperti anak seumurannya. “Setahun ini kita rutin cek ke arafah, kalau sakit dibawa langsung dikasih obat. Kalau dia sakit itu badannya panas dan nafasnya tersengal-sengal,” ungkapnya.
Usai menlihat kondisi Tyas, Gubernur Jambi memerintahkan agar Dinas Kesehatan segera mengurus perobatan Tyas. “Nanti dikirim yang jantung bocor, saya akan siapkan uang saku pribadi, untuk transportasi oleh BPJS, kalau tidak juga kita akan bantu. Yang penting biaya berobatnya ditanggung BPJS. Nanti diurus BPJS-nya dan akan dikirim ke Jakarta,” tegasnya.

sumber : Jambi Ekspres

Berita Terkait



add images