iklan
Tiga daerah di Provinsi Jambi gagal mencapai target produksi padi pada tahun 2013 lalu. Ketiga daerah itu yakni Kabupaten Bungo (12 persen gagal), Tebo (3,9 gagal), dan Batanghari (3,1 persen gagal).

Salah satu penyebabnya karena tingkat alih fungsi lahan pangan menjadi perkebunan sawit dan pemukiman, tinggi. Demikian terungkap dalam rapat koordinasi tentang ‎capaian Produksi Padi di Provinsi Jambi‎ di aula Bappeda, kemarin.

"Produksi padi pada tahun 2013 lalu mencapai 600 ribu ton. Meningkat 39 ribu ton. Tapi, produksi pangan buruk dan menurun di tiga daerah,"beber Amrin aziz, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jambi.

‎Ia mengatakan, berbagai problem dan masalah di bidang produksi pangan antaralain‎ sarana penyuluhan yang belum lengkap. Tidak seluruh daerah tersedia fasilitas. Ditambah lagi tenaga penyuluh masih minim. SDM pertanian belum mumpuni. " konversi lahan pertanian tiap tahun semakin tinggi,"tegasnya.

Ia menegaskan, stok lahan di tiga daerah itu memang terbatas. Disana Lebih dominan lahan kebun‎. Di bungo misalnya, terkendala karena banyak pembalakan. Harga karet. Yang bagus memicu masyarakat enggan bertani dan lebih memilih menanam karet. "Sawah lalu ditinggalkan,"katanya.

‎Sebenarnya, kata dia, alih fungsi lahan pangan ke perkebunan di bolehkan. Tapi dengan syarat, yakni harus menyediakan lahan pangan dalam jumlah tiga kali lipat luasnya. "Kalau alih fungsi ke Permukiman‎ yang tidak boleh. Tapi ini banyak terjadi. Tercatat, ada sekitar 150 hektar lahan pangan sudah jadi pemukiman,"tegasnya.

‎Menurut Amrin, ini masalah besar dan harus segera di carikan solusi. Kemudian, secara umum, kebutuhan pangan di jambi masih sebanding dengan ketersediaan bahan. Hanya saja, stok pangan minim terbatas sampai satu bulan saja.

"‎Produksi padi kita 39 ribu ton ditahun 2013. Kalau di kalkulasi dengan jumlah penduduk dengan asumsi 105 kg perkapita, maka ada kelebihan sebanyak 45 ribu ton. Artinya 1 sampai 2 bulan aman pangan kita. Tapi, idealnya stok itu harusnya sampai 3 bulan,‎"jelasnya.

 problem lainnya, petani pangan belum menjadi profesi. Belum bernilai ekonomis. Petani menanam hanya sebatas untuk keperluan makan pribadinya saja. Namun sayangnya, Amrin tak membeberkan seperti apa konsep ketahanan pangan yang akan digulirkan dinas pertanian.

Sementara,‎ Dirjen tanaman pangan Kementan RI anggoro MS, berharap jambi sebagai produsen utama padi untuk indonesia.‎ "Cita-cita kita ada 10 juta ton produksi padi. Sedangkan pertumbuhan jambi sudah 6,3 persen,"katanya.

Melihat potensi yang ada, ia yakin jambi bisa mencapai target nasional yakni 1 juta ton pertahun. ‎"Asal jangan kebanyakan rapat di kantor,"ujarnya.

Ia mencatat, daripotensi areal yang ada masih tergarap separo. Yang tergarap separo tak ada tenaga kerja. " Petani sangat semangat nanam, tapi minta dibantu negara dan pemerintah. Bantu mereka untuk bersihkan lahan yang banyak tunggul kayunya,"tegasnya.

Sementara, Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus optimis jambi bisa mencapai target surpluis beras. Ia meminta SKPD terkait tak hanya ABS melaporkan data. "Jangan sampai data surplus, tapi kenyataannya nol. Hasil pangan tidak dinikmati warga. Jangan ABS,"tegasnya.

Ia mengaku masih mencari kiat terbaik untuk bisa memproduksi pangan secara baik. "Kalau dibidang peternakan,kita sudah punya inseminasi. Perikanan juga begitu. Tinggal pertanian sedang kita cari kiat-kiatnya,"tegasnya.

Sumber : Jambi Ekspres


Berita Terkait



add images