iklan TRADISI BANTAI: Di Merangin, tradisi penyembelihan hewan sapi atau 
kerbau, disebut dengan ‘Bantai’. Dan tradisi bantai ini hingga kini 
masih dipertahankan.
TRADISI BANTAI: Di Merangin, tradisi penyembelihan hewan sapi atau kerbau, disebut dengan ‘Bantai’. Dan tradisi bantai ini hingga kini masih dipertahankan.
MERANGIN, Kesatuan masyarakat yang terhimpun dalam wadah kebersamaan kaum di Merangin masih tetap solid dan bertahan. Modernisasi tidak mampu mengoyahkannya. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas sosial masyarakat jelang Ramadhan dan Hari Raya IDul Fitri.

Sehari sebelum datangnya bulan puasa atau lebaran, masyarakat asli Merangin yang masih memegang teguh nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tatanan masyarakat, tentunya sangat akrab dengan sebutan “Bantai” atau pemotongan hewan ternak Sapi atau Kerbau.

Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Merangin, memperkirakan jumlah ternak yang dibutuhkan masyarakat jelang Ramadhan dan jelang lebaran mencapai 913 ekor untuk tahun 2013 ini, atau meningkat sekitar 57 ekor dibandingkan tahun 2012 lalu yang hanya berjumlah 856 ekor.

‘’Dari jumlah tersebut sekitar 75 persennya merupakan ternak yang di “bantai” masyarakat satu hari jelang bulan puasa dan lebaran. Dan selebihnya diperjualbelikan dagingnya oleh pedagang di Pasar,” ungkap Peltu Disnakkan Merangin, Suparmin.

Masih dipegang teguhnya tradisi “Bantai” tersebut diberbagai wilayah di Kabupaten Merangin, menurut Peltu Sekda Merangin merupakan tradisi kearifan local yang harus dipertahankan.

‘’Ini tradisi turun-temurun yang nyata masih tetap bertahan hingga saat ini. Tentunya hal ini patut dijunjung tinggi dan terus ada ditengah masyarakat kita,” ujarnya.

Menurutnya, ‘Bantai’ merupakan ungkapan kegembiraan menyambut datangnya hari besar dan rasa bersyukur terhadap sang pencipta. Selain itu juga sebagai bentuk kekompakan dan saling berbagai antar sesama dalam kehidupan masyarakat.

‘’Bantai ini, dilakukan warga menyambut bulan puasa dan lebaran, hal ini merupakan bukti kegembiraan. Selain itu sebagai bentuk saling berbagi, biasanya seluruh masyarakat dalam suatu wadah mendapatkan bagian daging yang rata,” terangnya.

’Hal ini juga sebagai bentuk kepedulian social, dimana kita kitahui tidak semuanya mampu membeli daging. ‘’Tapi dengan adanya tradisi ini, semua merasakan kegembiraan,” tambahnya.
Kedepan, harapnya, tradisi ini harus tetap tumbuh, begitu juga dengan tradisi asli Merangin lainnya. Tradisi akan menjadi identitas suatu daerah dan akan dipandang daerah lain.’’Tidak hanya tradisi ‘Bantai’, tradisi lainnya hendaknya tetap tumbuh dan dipertahankan,” tuntasnya.(sumber: jambi ekspres)

Berita Terkait



add images