iklan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jambi masih cukup tinggi. Andi Pada, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, kemarin mengatakan, berdasarkan data 2012, ada 34 kejadian AKI dan AKB per 1000 kelahiran bayi.

“34 per 1000 kematian itu hasil pada 2012. Ini harus dikejar terus dan tidak hanya sekedar di Provinsi. Namun juga bagaimana penguatan kabupaten mulai dari kesiapan tenaga, kemampuan dan kompetensinya serta peralatan kesehatan karena dukungan pembiayaan dari APBD juga,” ungkapnya.

Salah satunya adalah menjalankan program Jaminan Persalinan (Jampersal) dengan baik. Karena, Jampersal merupakan salah astu terobosan untuk memperkecil jumlah AKI dan AKB tersebut. “Jampersal cukup bagus, tetap jalan. Jampersal itu sebagai catatan bukan hanya untuk orang miskin, namun siapa saja yang mau memanfaatkan itu bisa saja. Yang penting ketika dirujuk dia berada di kelas III,” katanya.

“Kemudian catatan penting upaya Jampersal ini adalah salah satu upaya dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Terkait itu jampersal ini kan cakupan pelayanannya mulai dari ibu hamil sampai dia melahirkan, masuk KB dan perawatan dari neonathal, yaitu bayi dari 0 sampai 28 hari. Karena yang paling rentan penyebab kematian tertinggi itu juga berada di 0 sampai 28 hari,” jelasnya.

Sementara itu, Fauzi Ansori, Kepala Bappeda Provinsi jambi menjelaskan, Pemerintah Provinsi Jambi sudah membuat program unggulan yang dileburkan dalam kegiatan Samisake. Program itu juga bertujuan untuk menekan jumlah AKI dan AKB yang terhadi. “Sebenarnya Samisake itu unggulan, disana diatur jamkesmas untuk orang miskin dan bagaimana diatur didalam itu,” katanya.

Dia menilai, minimnya tenaga kesehatan menjadi salah satu penyumbang tingginya AKI dan AKB yang ada di Provinsi Jambi. “Ditarget MDG’s diketahui bahwa angka kematian ibu dan bayi itu masih tinggi. Penyebabnya ternyata tenaga kesehatan bidan desa kurang. Itu perlu intervensi program yang direalisasikan Gubernur melalui peningkatan kualitas SDM, yaitu menyekolahkan tenaga calon bidan yang berasal dari desa terpencil,” sebutnya.

“Karena tingkat kematian bayi itu jelas tingginya dari desa terpencil, akses transportasi yang jelek san puskesmas jauh sehingga lambat ditangani dan meninggal. Ini merupakan target dunia dalam MDG’s. Namun karena di tingkat nasional juga belum tercapai, pembangunan pasca 2015 konsen juga pemerintah menekan ini,” pungkasnya.

sumber: je

Berita Terkait



add images