iklan
Terkait kematian dua orang warga dalam operasi peti oleh pihak Kepolisian di Dusun Temenggung, Desa Mengkadai, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, keluarga korban menyatakan bahwa korban tewas ditembak.

Hal ini ditegaskan oleh Muhammad Kusori, salah seorang dari perwakilan keluarga kedua warga yang tewas saat dikonfirmasi di Sekretariat Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Jambi.

"Sapni terkena tembakan di kepala bagian belakang, sementara  Asep tertembak di batang hidung lalu tembus kebelakang," kata Kusori kepada Jambi wartawan kemarin.
Menurut Kusori, selain dua korban meninggal, ada puluhan masyarakat yang terluka terkena tembakan.

"Puluhan warga juga terluka terkena tembakan. Buktinya, kita temukan banyak selongsong peluru tajam di lokasi kejadian," kata Kusori.

Atas kejadian tersebut, masyarakat Mengkadai menunjuk Peradi untuk mendampingi mereka dalam proses hukum kasus tersebut dan membentuk tim investigasi.

"Dari informasi awal yang kami dapat, hari Rabu (9/10) kami akan turun ke lokasi untuk melakukan investigasi, dan menemui warga dan semua yang terkait dalam kasus tersebut," kata Nasri Umar, Ketua Tim Investigasi Peradi untuk kasus kematian dua warga Mengkadai.

Menurut Nasri Umar, dirinya meminta pihak kepolisian menangani kasus tersebut dengan adil. "Kita minta kasus ini ditangani secara berimbang, karena polisi dan masyarakat sama-sama menjadi korban," katanya dalam pertemuan antara pihak keluarga dan Peradi Sabtu (5/10).

Pihak keluarga menyerahkan barang bukti berupa foto-foto korban dan selongsong peluru.

Dalam pertemuan kemarin, Kusori menceritakan kronologis meninggalnya kedua warga Mengkadai tersebut.  

Pada pukul 13.30 WIB, polisi datang sebanyak 4 orang yaitu Wakapolres, Yudi, dan dua anggota lain ke lokasi penambang. Tiba  dilokasi ada sekitar 28 orang penambang, terjadi lobi antara aparat polisi dengan penambang, dengan tujuan damai ditempat namun tidak terjadi kesepakatan.

Kemudian pada pukul 13.45 WIB Sapni ditangkap dan berusaha melarikan diri, lalu terjatuh kedalam lubang. Polisi langsung mengejar Sapni lalu melakukan penembakan terhadap Sapni dan terkena kepala bagian belakang.

Pukul 14.01 WIB, Wakapolres menghubungi pasukan mengatakan bahwa dirinya dikejar oleh warga. Selanjutnya, pada pukul 14.11 WIB pasukan polisi datang kelokasi satu mobil berjumlah lebih kurang 50 personil bersenjata lengkap.

Selanjutnya pada pukul 14.30 WIB, polisi membawa Sapni dan Rohim ke mobil dan  masyarakat baru dapat berita bahwa Sapni dan Rohim di bawa.

Kemudian pada pukul 14.40 WIB masyarakat datang ingin meminta Sapni dan Rohim dibebaskan, kemudian masyarakat baru tahu bahwa ada yang tertembak dan mati, lalu masyarakat melakukan aksi spontanitas. Kemudian polisi melepaskan tembakan gas air mata ke kerumunan warga saat itu, hingga  terjadilah bentrokan antara polisi dan warga.

Pada pukul 14.55  WIB Asep tertembak dibatang hidung lalu tembus kebelakang dan Asep langsung meninggal ditempat. Antara masyarakat dan aparat kepolisian berjarak lebih kurang 300 meter.

Kondisi mulai sangat tidak kondusif, bentrokan semakin tidak terkendali, beberapa warga banyak yang tertembak.

Selanjutnya pada pukul 15.10 WIB bentrokan semakin tidak terkendali, dan korban semakin bertambah polisi pun mundur karena kondisi tidak bisa dikendalikan.

Kemudian pada pukul 15.45 polisi menarik pasukan polisi mundur dan wargapun mundur menuju rumah masing-masing.

sumber: je

Berita Terkait



add images