Bagi masyarakat Dusun Teluk Panjang, Kecamatan Bathin III Kabupaten Bungo, buaya yang sudah dua kali mereka tangkap di Sungai Batang Tebo merupakan penunggu Dusun tersebut. Bagaimana cerita lengkapnya?
NYUNYULUNG, itulah sebutan buaya raksasa yang dianggap penunggu Dusun Teluk Panjang, Kecamatan Bathin III Kabupaten Bungo, yang sudah dua kali ditangkap.
Menurut sebagian warga, dulu ada sosok penunggu yang berada di sebuah dusun seberang sungai, yang mitosnya, ketika turun ke air jadi buaya dan ketika naik ke darat jadi macan. Buaya inilah yang dimaksud oleh beberapa orang warga sebagai penunggu dusun tersebut.
Dahulunya, penunggu di daerah itu kakinya ada yang cacat. Dan kebetulan, buaya yang ditangkap itu kaki kiri sebelah belakang juga cacat, hanya memiliki dua jari. Selain itu, juga ada beberapa keanehan terhadap buaya tersebut. Diantaranya, bentuk kulit buaya yang tidak keras, meskipun ukuran buaya itu cukup besar, dan mata buaya yang biasanya berada di bagian kepala samping kanan kiri, namun kalau buaya yang ditangkap ini posisi kedua matanya berada di depan.
“Buaya yang kita tangkap ini kulitnya agak lembut,” kata Saryono, warga Dusun Panjang yang juga ikut melakukan penangkapan terhadap Buaya itu.
Buaya raksasa itu sudah dua kali ditangkap oleh warga. Penangkapan pertama yaitu pada 7 September. Sedangkan penangkapan yang kedua pada 5 Oktober. Karena dianggap mistis, sebelum penangkapan pertama dilakukan, tokoh masyarakat memanggil buaya itu.
“Kalau kamu kepingin dilihat orang kampung, maka timbullah, tapi kalau tidak mau jangan muncul-muncul lagi dari air,” Begitulah ucapan Abdul Hamid, pada penangkapan pertama, satu bulan yang lalu.
Setelah pemanggilan dilakukan, buaya yang berada di aliran Sungai Batang Tebo, Dusun Teluk Panjang, Kecamatan Bathin III, Kabupaten Bungo itu, langsung muncul ke permukaan dan tidak lagi tenggelam ke air. Buaya raksasa itu, menurut warga, sudah sering menampakkan diri. Tidak hanya satu orang saja, namun sudah banyak warga yang melihat buaya tersebut muncul.
Dengan keberadaan buaya yang sering terlihat itu, berimbas terhadap keresahan warga yang beraktifitas di Sungai. Baik orang menyeberang dengan menggunakan perahu ke tepi Sungai ataupun warga yang mandi di sungai.
Ketika ditangkap warga, menurutnya buaya tersebut tidak ada perlawanan dan terkesan pasrah. Setelah dilakukan penangkapan, pada malam itu juga, ninik mamak dan tokoh masyarakat langsung berembug membahas nasib buaya tersebut. Setelah musyawarah dilakukan, pada Minggu (8/9) lalu, buaya itu langsung dilepaskan kembali. Keputusan dilepaskannya kembali buaya tersebut, karena buaya merupakan salah satu binatang yang dilindungi.
Hanya saja, beberapa hari terakhir pada bulan Oktober ini, buaya tersebut timbul kembali. Penangkapan kali ini terlihat ganas. “Mungkin dulu buaya ini sakit dan sekarang mungkin telah sembuh,” ujarnya lagi.
Ninik mamak belum akan melepaskan buaya itu sebelum ada salah seorang warga desa yang bermimpi selama tiga bulan ini. “Kita belum tahu apakah dia nenek moyang kito atau bukan,” tambah Saryono. Apabila nantinya masyarakat belum mendapatkan mimpi selama tiga bulan ini. Buaya tersebut akan diserahkan kepada pemerintah.
“Yang jelas tidak akan kami jual,” tambahnyalagi. Pantauan media ini, di lokasi kemarin, terlihat puluhan warga melihat buaya raksasa itu. Bagi warga yang mau melihat, mereka membayar seihlasnya saja.
“Ini untuk beberapa petugas yang nunggu. Kita tunggu sampai malam,” ujar salah seorang warga. Selain itu, penangkapan buaya ini juga menjadi rizki besar bagi penjual makanan. Dalam tiga hari ini, sekitar 10 orang warga jual makanan disana. "Rame bang, dapatlah duit dikit-dikit," kata salah seorang penjual gorengan di lokasi.
sumber: je