iklan
Sebanyak 35 perempuan dari 12 partai politik peserta Pemilu 09 April mendatang ikut berebut tujuh kursi DPR RI dari Dapil Jambi. Caleg perempuan tersebut dinilai punya peluang yang relativ sama dengan Caleg laki-laki lainnya.

Dimana, 35 Caleg tersebut terdiri dari 3 orang dari Partai NasDem, PKB 3 orang, PKS 2 orang, PDIP 3 orang dan Golkar 3 orang. Kemudian Gerindra 3 orang, Demokrat 3 orang, PAN 3 orang, PPP 3 orang, Hanura 3 orang, PBB 3 orang dan PKPI 3 orang.

Pengamat Politik Jambi, Jafar Ahmad saat dimintai tanggapannya mengatakan, perempuan sekarang ini sudah punya tempat dan tidak dipandang sebagai pihak yang tidak boleh ikut dalam dunia politik.

“Peluang itu sebenarnya sudah relative baik. Sepanjang mereka bisa membuktikan bahwa mereka mampu memberi sesuatu kalau terpilih dan mensosialisasikan diri dengan baik, peluangnya mirip dengan laki-laki. Karena orang sekarang tidak mengharamkan perempuan masuk dunia politik,” katanya.

Meski ada peluang perempuan untuk meraih kursi, tetapi jumlahnya tetapi di Caleg laki-laki. “Tetap ada peluang Caleg perempuan. Kalau 7 kursi dari Jambi, kemungkinan sekitar 5 itu diisi oleh laki-laki. Agak sulit perempuan itu bisa mengisi sama atau lebih banyak dari laki-laki,” ujarnya.
--batas--
Mengenai pemilih, Caleg perempuan tidak bisa hanya mengandalkan pemilih perempuan. Karena menurutnya perempuan juga tidak cenderung memilih Caleg perempuan dan demikian juga dengan laki-laki. “Memang itu tidak juga diwajibkan, karena laki-laki juga bisa pilih perempuan. Begitu juga sebaliknya,” imbuhnya.

Namun diakuinya, memang di parlemen tidak hanya keterwakilan partai saja yang penting, tetapi keterwakilan gender juga penting. Ada masalah gender hanya bisa disuarakan oleh dorongan perempuan. “Ada beberapa hal yang berhubungan dengan gender disuarakan oleh perempuan,” akunya.

Dalam melakukan sosialisasi, menurutnya Caleg perempuan dan laki-laki ini juga menggunakan cara-cara yang umum. Tidak bisa bagi Caleg perempuan dalam sosialisasi hanya membawa isu gender. Karena hanya sebagian kecil masyarakat yang mengerti dengan isu gender tersebut.

“Masyarakat umum di bawah itu belum sensitive dengan isu gender ini. Karena mereka biasa hidup dengan lingkungan yang didominasi kaum laki-laki. Jadi sebaiknya, kalau ingin membawakan isu gender ini segmennya itu kelompok perempuan terdidik. Jadi dalam melakukan sosialisasi caranya umumlah, tidak berbeda jauh dengan Caleg laki-laki,” tuturnya.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images