MUARABULIAN, Kepala Desa Simpang Kubu Kandang, Salamuddin, mengatakan pencemaran limbah karet milik PT ABP ini sudah lama terjadi dan belum ada tindakan yang diambil pihak Pemerintah Kabupaten, Provinsi dan pihak Pemerintah Pusat. "Padahal, keluhan ini sudah lama mas, menurut informasi lagi perusahaan ini milik orang jepang," katanya.
Akibat pengaruh pencemaran limbah ini, kebun duku dan kebun pisang warga setempat mati. ‘’Selain kebun warga yang tercemar, kerambah warga yang berada di aliran sungai batanghari ikut terancam. Banyak ikan keramba warga yang mati mas," ujarnya.
Hala yang sama juga dikatakan Kepala Desa Kubu Kandang Dalam, Musa. Ia mengakui perusahaan ABP pernah didatangi Mantan Gubernur Jambi, Zulkifli Nurdin tahun 2007 lalu. Namun, hingga sekarang limbah karet persahaan belum bisa diatasi.
"Saya juga bekerja di perusahaan tersebut sebagai pemulung karet yang dibuang perusahaan ke Sungai Batanghari. Di tempat pembuangan akhir karet dengan potongan kecil-kecil memang sengaja di buang ke Sungai Batanghari, apalagi pada musim hujan," kata Musa.
Sementara Solihin, pembantu Ponpes Irsyadul Ibad, mengatakan setiap hari sudah menjadi keterbiasaan para santri dan para guru yang mengajar di Ponpes menciumi bau busuk pabrik karet milik PT ABP ini. Dan ini tergantung arah angin dan juga musim kemarau. “Kami hanya berharap adanya tanggungjawab perusahaan dan juga pihak pemerintah untuk memperhatikan kondisi yang terjadi di wilayah ini,” katanya yang diamini, Kaur Desa Kubu Kandang Dalam, Zulkifli.
Sementara Humas PT ABP, Herlis, membenarkan, apa yang dikatakan Kades dan warga setempat. Namun sebelumnya terkait pencemaran ini pihak perusahaan sudah memperbaiki semua limbah pembuangan dan untuk luas lahan perusahaan seluas 33 hektar. ‘’Disamping itu, pihak perusahaan sudah membuat dua Instalasi Pembuangan Air Limbah (Ipal) di kolam limbah. Bahkan, pihak perusahaan membantah dengan adanya pembuangan kotoran karet tersebut mencemari air Sungai Batanghari,’’ tandasnya.
sumber: jambi ekspres
