iklan Salah seorang petugas catering saat mempersiapkan catering untuk jamaah haji.
Salah seorang petugas catering saat mempersiapkan catering untuk jamaah haji.

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - Jamaah Haji (JH) Jambi mengaku tidak lagi mendapatkan konsumsi dari Panitia Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Jamaah terpaksa mencari makan sendiri karena jatah catering yang disiapkan pemerintah sudah habis.

Menurut Ketua Kloter 18 BTH, H. Hasunuddn bahwa pasca Armina lalu, pihaknya mendapatkan jatah catering selama dua hari yaitu pada 17 dan 18 September 2016. Setelah itu jatah katering       sudah habis dan jamaah harus masak sendiri.

 Jatah catering sudah berakhir Minggu (18/09) kemarin. Karena setelah Armina Cuma dapat dua kali jatah catering. Jadi sejak kedatangan di Makkah, jatah catering hanya 12 hari, dimana 10 hari sebelum Armina dan 2 hari setelah Armina, ujar Hasanuddin.

Dengan dihentikannya catering, maka menjelang berangkat ke Madinah jamaah haji harus mencari makanan sendiri. Baik yang masak sendiri maupun yang membeli makanan jadi yang ada disekitar pemondokan.

Mulai Senin (19/9) jamaah masak sendiri atau beli makan jadi hingga 25 September nanti saat kita berangkat ke Madinah. Sebagian besar jamaah beli makanan siap saji yang ada disekitar pemondokan, bebernya.

Hal yang sama juga diakui Ketua Kloter 16 BTH Jambi, H. Aji Marjiun saat dihubungi lewat WA kemarin. Diakuinya, jatah catering selama di Makkah hanya 12 hari atau 24 kali makan. Sisa waktu yang ada jamaah harus mencari makanan sendiri.

Saat ini jamaah menggunakan dana living cost yang sudah dikasih pemerintah untuk makan, aku Aji saat dihubungi.

Dikatakannya, dalam mencari makan jamaah juga beragam sesuai keinginan mereka masing-masing. Ada jamaah mencari makan sendiri disekitar pemondokan dan ada juga jamaah yang dikoordinir pihak KBIH untuk mencari makanan.

Jamaah ada yang masak, ad ayang catering yang diurus KBIH masing-masing dan ada juga yang beli jadi, karena memang di bawha hotel banyak mukimin yang menjual bahan makanan jadi, akunya.

Namun demikian diakui keduanya bahwa hal ini tidak menjadi masalah. Semua jamaah bisa melaksanakan segala bentuk ibadah di tanah suci, baik yang melaksankaan umroh sunnah, ziarah ataupun hanya melaksanakan salat 5 waktu di Masjidil Haram. (kta)


Berita Terkait



add images