iklan

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - Memilih pemimpin jangan hanya mengandalkan uang, karena dapat merusak esensi dari demokrasi. Kebebasan yang kebablasan dalam berpolitik hanya akan menghasilkan pemimpin yang tidak berintegritas.

Pernyataan tegas tersebut dilontarkan Anggota Komisi X DPR RI, Sutan Adil Hendra (SAH) saat melakukan reses di Desa Sungai Bertam Kecamatan Jaluko Muaro Jambi. Demokrasi adalah penting, tetapi lebih penting lagi demokrasi yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, ujar SAH, Selasa (7/8).

SAH lalu mencontohkan, sewaktu masih Orde Baru yang digalakkan adalah penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Di penataran tersebut, disuguhkan sebuah doktrin yang cukup menempel di kepala. Mengamalkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 secara Murni dan Konsekuen. Sangking murni dan konsekuennya, Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dianggap sebagai hal yang begitu sakral, papar SAH di depan ratusan warga dan sejumlah tokoh agama.

Menurut SAH, founding fathers Bangsa Indonesia telah menentukan bahwa Pancasila adalah falsafah dasar negara dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang tertuang dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945, sehingga dalam menghadapi berbagai dilema sesudah kemerdekaan, diharapkan penerapan asas Pancasila mampu menyelesaikan berbagai masalah kenegaraan. Itu karena Pancasila dianggap sebagai filter dari berbagai ideologi ideologi yang tidak sesuai dan mencoba merongrong kedaulatan bangsa Indonesia yang telah merdeka.

Namun pelaksanaannya sungguh jauh dari apa yang diharapkan oleh pendiri bangsa. Penerapan ideologi Pancasila mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Pancasila dianggap sebagai sebuah alat oleh penguasa untuk bermanuver politik dengan memberikan pemahaman bahwa Pancasila adalah milik penguasa, terang Pejuang Politik Partai Gerindra tersebut.

SAH juga mengatakan, Pancasila diharapkan menjadi jawaban bagi rakyat Indonesia apabila menemui sebuah kendala dalam bernegara. Namun, saat ini yang diperoleh sungguh mengecewakan masyarakat.

Penyelenggaraan negara menjadi berantakan, belakangan ini sudah merosot ke tingkat paling rendah dengan banyaknya penurunan moral hingga dapat dikatakan Indonesia sedang mengalami krisis moral. Sudah sepantasnya, bangsa Indonesia mulai memahami dan mencoba mengamalkan Pancasila kembali. Paling tidak, hanya dengan menghafal kelima sila sudah cukup dibandingkan tidak sama sekali, tutur SAH yang disambut tepuk tangan warga.


Karena alasan tersebut, sebagian warga yang hadir berharap diadakannya kembali penataran P4 sehingga mampu menumbuhkan rasa toleransi dan saling menghargai diantara warga negara. Kami ingin, penataran P4 dengan perkembangannya dapat dilaksanakan lagi. Karena saat ini di tengah masyarakat sendiri sudah juga terjadi krisis moral, ujar Abdul Muthalib, salah satu tokoh masyarakat yang hadir.  (wan) 

 


Berita Terkait



add images