iklan Dari paling kiri: Kadishut Provinsi Jambi Ahmad Bestari, Asisten II Setda Pemprov Jambi Agus Sunaryo, Dirjen PSKL Kementerian LHK Bambang Supriyanto dan Kepala BPSKL Sumatera Sahala Simanjuntak
Dari paling kiri: Kadishut Provinsi Jambi Ahmad Bestari, Asisten II Setda Pemprov Jambi Agus Sunaryo, Dirjen PSKL Kementerian LHK Bambang Supriyanto dan Kepala BPSKL Sumatera Sahala Simanjuntak

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - Beberapa penari terlihat terhuyung dan berputar-putar memegang sebuah lukah (alat penangkap ikan tradisional). Lukah yang dipegang menggilo ke kiri dan kanan.

Suasana sedikit mencekam di Gedung Ratu Convention Center (RCC), Kamis (29/8) malam, dalam pembukaan Pesta Rakyat Festival Perhutanan Sosial Nasional (PeSoNa) Jambi 2018.

Penonton masih terpukau dengan pertunjukan yang digelar, tiba-tiba Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian LHK, Bambang Supriyanto berlari ke arah panggung dan turut larut memegang lukah yang bergerak-gerak semakin cepat.

Saya benar-benar turut menggilo, katanya memulai sambutan sekaligus pembukaan Festival PeSoNa Jambi 2018 yang berlangsung dari 29 November hingga 1 Desember 2018.

Lukah Gilo, merupakan permainan rakyat seperti Jelangkung yang berasal dari daerah Semabu, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Banyak tempat ada permainan yang serupa, disesuaikan dengan alat yang digunakannya.

Bambang Supriyanto menyebutkan nilai-nilai tradisional tersebut melekat pada unsur Festival PeSoNa Jambi 2018. Dalam lima skema perhutanan sosial, Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Adat, Hutan Tanaman Rakyat dan Kemitraan. Semuanya mengembalikan nilai-nilai tradisional masyarakat dalam mengolah hutan, katanya.

Dengan banyaknya izin yang sudah diberikan dalam skema perhutanan sosial, Dikatakannya saatnya unsur kesejahteraan masyarakat menjadi jawaban dalam skema pengelolaan hutan lestari, adil dan berkelanjutan.

Masyarakat dan lembaga pendamping bisa belajar mengembangkan produk-produk perhutanan sosial. Harus mampu mengembangkan nilai-nilai tradisionalnya, supaya nilai-nilai ekonomi dapat diperoleh. Di sini wadahnya antara penjual dan pembeli, kata Bambang.

Kepala Balai Perhutanan Sosial dan Konflik Lahan Wilayah Sumatera, Sahala Simanjuntak menegaskan roh dari perhutanan sosial dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kita bicara perhutanan sosial adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Muaranya ke sana, kata Sahala.

Sementara Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Jambi, Agus Sunaryo mengatakan Pemerintah Provinsi Jambi berkomitmen dalam penyelamatan hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar kawasan hutan.

Upaya mendapatkan akses masyarakat dalam pengelolaan hutan, tidak hanya terhenti dengan hak pengelolaan hutan. Tapi juga mendorong adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perhutanan sosial sebagai salah satu dalam penanganan konflik tenurial dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ini bentuk pengelolaan hutan secara bijaksana dan lestari, kata Agus.

Ada sebanyak 60 kelompok pengelolaan hutan dalam tiga skema perhutanan sosial yang turut memeriahkan Festival PeSoNa 2018. Di antaranya Hutan Desa, Hutan Kamsayarakatan dan Hutan Adat.

Kepala Seksi Balai Perhutananan Sosial dan Konflik Lahan Wilayah Sumatera, Ujang Wisnu Barata mengatakan dukungan pendanaan kegiatan tersebut berkat kerja sama dengan Forest Program II yang merupakan kerjasama dengan KFW( Kreditanstalt f¼r Wiederaufbau).

Pembukaan Festival PeSoNa ditandai dengan ditabuhnya bedug berukuran besar secara simbolis oleh Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Bambang Supriyanto.

Usai secara resmi membuka Festival PeSoNa 2018, Dirjen PSKL Bambang Supriyanto keliling melihat-melihat stand-stand yang memajang produk-produk hasil perhutanan sosial, sedikitnya ada 25 stand yang meramaikan Festival PeSoNa 2018 di Jambi.

Menariknya peserta pameran bukan hanya dari lokal Jambi, tapi juga ada kelompok masyarakat dari Bengkulu, Lampung dan Sumatera Barat.
Lembaga Pemerintahan. Mulai dari Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA), Kelompok Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) hingga berbagai NGO seperti Warsi, Walhi juga ambil bagian dalam menampilkan produk hasil perhutanan sosial. (ist)


Berita Terkait