iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

Namun, lanjut Pieter, yang harus menjadi perhatian bersama adalah sudah sejauh mana kinerja Bulog selama ini. “Yang harusnya jadi concern kita utamanya adalah apakah Bulog sudah mencapai tujuannya? Apa indikator kinerja kunci bulog? Apakah semua sudah tercapai dengan baik. Seharusnya ada indikator kinerja kunci terkait efisiensi juga,” ujar dia.

Berbeda dengan Core, Peneliti Istitute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengatakan utang yang cukup besar itu menunjukkan Bulog tidak mampu mengurus soal beras.

“Untuk utang Bulog ini menurut saya membuktikan bobroknya Bulog sebagai lembaga logistik negara. Kurang tepatnya perencanaan Bulog membuat utang menjadi tidak terencana dengan baik. Dikit-dikit Bulog akan mengandalkan utang untuk operasionalnya terutama pengadaan beras. Tidak ada perencanaan yang jelas untuk cash flow Bulog maka patut diperhatikan permasalahan keuangan Bulog ini,” ujar Huda kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Jumat (20/9).

Sekadar informasi, DPR telah menyetujui alokasi anggaran Perum Bulog pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 sebesar Rp 12,6 triliun.

Bulog sebelumnya anggaran sebesar Rp 12,6 triliun dalam RAPBN 2020 yang akan dialokasikan untuk komoditi beras sebesar Rp 5,8 triliun dan Rp 6,7 triliun untuk komoditi selain beras, yaitu jagung, kedelai, gula, dan daging. (fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images