iklan Suasana Bandara Soeta.
Suasana Bandara Soeta. (FAISAL R. SYAM / FAJAR INDONESIA NETWORK.)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Pemerintah memutuskan mengevakuasi 245 WNI (Warga Negara Indonesia) dari Wuhan, Cina. Pesawat Batik Air A-330 PK-LDY nomor penerbangan ID-8618 yang menjemput mereka pada Sabtu (1/2) malam, sudah mendarat di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, pukul 19.00 waktu setempat.

Sebelumnya, pesawat bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Sesuai jadwal, hari ini rombongan tiba di tanah air. Begitu sampai di Indonesia, para WNI tersebut akan diisolasi selama 14 hari. Pemerintah memilih Natuna, Kepulauan Riau sebagai lokasi karantina. Keputusan itu pun ditolak oleh warga setempat.

Wakil Bupati (Wabup) Natuna, Ngesti Yuni Suprapti menegaskan, pemerintah pusat tidak berkoordinasi dalam memutuskan kebijakan tersebut. Informasi yang diperoleh, WNI asal Wuhan tersebut akan ditempatkan di kawasan perkotaan di Natuna.

“Ada kesan, ada pemaksaan kehendak. Karena kami baru tahu,” kata Ngesti di Tanjung Pinang, Sabtu (1/2).

Warga setempat juga menggelar demo menolak wilayahnya menjadi tempat isolasi 245 WNI yang dievakuasi dari Wuhan. Demo digelar di Lanud Raden Sadjad dan di kantor DPRD Natuna.

Ngesti menegaskan penolakan masyarakat menurutnya wajar. Karena itu, dia meminta Menkes Terawan Agus Putranto memberikan penjelasan langsung kepada warga.

“Yang jadi permasalahan itu miskomunikasi. Sebab tidak dikomunikasikan dari awal. Kalau sejak ada transparansi dari pemerintah pusat ke daerah, mungkin tidak terjadi hal seperti ini,” paparnya.

Masyarakat menggelar aksi sejak Jumat (31/1) malam. Warga bertanya tanya karena yang disampaikan tidak bisa diterima oleh mereka. Ngesti mendesak Menkes segera menyelesaikan persoalan miskomunikasi soal penanganan WNI yang harus diobservasi di Natuna.

“Kalau ada argumen, alasan itu harusnya dijelaskan. Misalnya Natuna penduduknya sedikit. Ini tidak masuk akal. Kami juga manusia, juga penduduk Indonesia/. Kami punya hak berpendapat, punya hak menolak,” tegasnya.

Ngesti menegaskan Natuna belum siap menghadapi kebijakan pemerintah pusat. Bahkan Pemkab Natuna belum mengetahui apa upaya antisipasi yang dilakukan agar tidak ada warga yang terinfeksi virus Corona. Penanganan persoalan virus corona ini seharusnya tidak seperti ini. Masyarakat sekarang dalam kondisi resah dan ketakutan.

“Di Natuna ini fasilitas kesehatan sangat terbatas. Kalau terjadi apa-apa dengan masyarakat, siapa yang mau bertanggung jawab,” tuturnya.

Semestinya, lanjut Ngesti, pemerintah pusat tidak menjadikan Natuna sebagai tempat isolasi WNI dari Wuhan. “Jika WNI di Wuhan tersebut aman, semestinya tidak ditempatkan di Natuna. Tetapkan daerah yang lebih baik, dengan fasilitas kesehatan yang memadai,” terangnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo memastikan WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Cina dalam kondisi sehat, tidak terinfeksi virus Corona. Prosedur pengamanan dilakukan sangat ketat.

“Mereka yang dipulangkan betul-betul sehat. Jika tidak sehat maka otoritas Cina pasti tidak mengizinkan. Pemeriksaan sebelum masuk pesawat dilakukan secara berlapis,” tegas Doni.

Pemberlakuan prosedur ketat itu sebagai bentuk komitmen pemerintah memastikan semua warga terlindungi. |Semua barang, pakaian dari China akan diganti dengan pakaian baru di Indonesia. Barang bawaan, perlengkapan mereka langsung dimusnahkan untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan,” imbuh mantan Danjen Kopasssus ini.

Menkes Terawan Agus Putranto menjelaskan ada tahapan yang harus dilalui WNI di Wuhansebelum dievakuasi. Tahapan tersebut adalah screening dan clearing.

“Ini sudah dilakukan screening dan clearing. Ini dilakukan untuk memastikan di sana bahwa yang kita bawa pulang adalah yang sehat,” tegas Terawan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (1/2).


Berita Terkait



add images