iklan Ilustrasi.
Ilustrasi.

Itu juga bisa dilihat dari konsistensi Trump dalam mengusulkan stimulus ekonomi. Yang nilainya tremendous. Untuk mengatasi kemacetan ekonomi akibat Covid-19.

Nilai stimulus itu luar biasa besar: USD 2 triliun. Setara dengan Rp 34.000.000.000.000.000. Atau mirip dengan APBN Indonesia selama 15 tahun.

Itu baru stimulus.

Tapi usulan itu terganjal di persetujuan Senat. Semua anggota Senat yang dari Demokrat menolak. Semua anggota Senat yang dari Republik setuju.

Sebenarnya itu sudah cukup untuk memenangkan usulan Trump. Republik adalah mayoritas di Senat.

Tapi lima orang anggota Senat dari Republik tidak bisa ikut pemungutan suara: yang dua orang karena terkena Covid-19. Yang tiga orang lagi lagi isolasi diri secara sukarela.

Seperti apa usulan Trump?

Stimulus itu harus diberikan kepada perusahaan-perusahaan. Misalnya perusahaan penerbangan. Atau perhotelan. Agar mereka tetap beroperasi. Sehingga tidak ada PHK.

Itulah usulan yang sangat kapitalis –dan begitu konsisten dengan ideologi pasar bebas.

Demokrat memilih stimulus itu harus langsung diterima orang miskin.

Perbedaan pandangan itu akhirnya bisa diselesaikan. Kompromi.

Sebenarnya Amerika juga punya pengalaman menarik dua tahun lalu. Ketika wabah flu menggila.

Kota St Louis melakukan isolasi ketat atas penderita flu. Philadelphia tidak.

Yang mati di Philadelphia dua kali lipat lebih banyak.

Tapi yang seperti St Louis itu pasti tidak sesuai dengan filsafat pasar bebas dan ideologi kebebasan individu–yang juga menjadi pondasi penting kejayaan Amerika.

Mungkin orang Kolaka (Sulawesi Tenggara) itu juga penganut filsafat yang mirip Trump–dalam bentuk agama yang berbeda.

Anda tentu sudah melihat sendiri videonya yang beredar luas di medsos: istrinya meninggal di RS Kolaka. Dipastikan akibat Covid-19.

Mayatnya sudah mau dikuburkan pihak RS–sesuai protap untuk menderita penyakit menular.

Tapi sang suami datang ke RS. Ngotot mengambil mayat yang sudah dibungkus plastik. Sampai di rumah plastik mayat itu ia buka. Mayat sang istri ia mandikan. Ia kafani. Ia kubur.

Itulah bentuk cinta sampai mati.

Itulah bentuk kebebasan yang juga nyata terjadi di Indonesia.

Saya hanya bisa berdoa semoga ada keajaiban.

Termasuk keajaiban di hari raya Paskah yang tinggal seminggu lagi. Kita saksikan apa yang akan terjadi di Amerika –mumpung hari raya Idul Fitri masih dua bulan lagi di Indonesia. (*)


Berita Terkait



add images