iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, LONDON – Klub-klub elite Eropa sudah mulai mengencangkan ikat pinggang gara-gara krisis karena pandemi korona. Seperti La Liga, Ligue 1 dan Serie A sudah mulai menerapkan pemotongan gaji. Namun di Premier League, hal tersebut masih dirasa berat. Hingga kini hanya segelintir klub yang berniat memotong gajinya demi menutupi operasional klub yang kian hari kian membengkak. Sayangnya, itu hanya berlaku pada non-pemain.

Kondisi itu jelas membuat Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock berang. Menurutnya, upah pemain klub Liga Inggris yang memiliki pendapatan lebih besar dari orang-orang Inggris diharapkan mampu membantu perekonomian negara dengan pemotongan gaji. “Saya pikir semua orang perlu memainkan peran dalam upaya nasional ini dan itu berlaku juga untuk pemain Liga Inggris,” kata Hancock dikutip dari Dailymail, kemarin.

Menurutnya, jika pemain Liga Inggris tak kunjung menerapkan kebijakan pemotongan gaji maka akan berdampak pada perekonomian inggris. Hal ini disebabkan karyawan-karyawan lain di Inggris mengambil bagian memotong gaji mereka. Liga Inggris masih dalam penundaan hinga akhir April (30/4) karena pandemi Covid-19. Dituduh ogah memotong gajinya, para pemain Liga Inggris melalui Asosiasi Pesepakbola Profesional Inggris (PFA) berbalik menyalahkan klub.

Kritikan mulai santer setelah klub Liga Inggris seperti Tottenham Hotspur, Newcastle United, dan Norwich memotong gaji para staf mereka sebesar 20 persen, namun tidak dengan para pemainnya. Padahal, para pemain memiliki gaji yang amat besar dan bisa membantu klub untuk tidak memotong gaji para karyawan mereka.

Dilansir dari Givemesport, gaji pemain Liga Inggris tertinggi masih dipegang oleh kiper Manchester United, David Da Gea dengan gaji GBP 375 ribu atau Rp7,6 miliar per pekan. Tempat kedua dan ketiga dihuni dua pemain Manchester City yakni gelandang serang, Kevin de Bruyne yang mencapai GBP 320 ribu atau Rp6,5 miliar per pekan. Disusul sang bomber, Raheem Sterling yang meraup GBP 300 ribu atau Rp6,1 miliar per pekan. (selengkapnya lihat infografis)

Direktur Eksekutif PFA, Gordon Taylor, membantah bahwa para pemain menolak dipotong gajinya. Mereka justru menuding klub seperti Tottenham yang menyalahgunakan situasi dengan memanfaatkan peraturan darurat pemerintah di tengah wabah corona untuk memotong gaji para staf.

“Posisi kami saat ini adalah, sebagaimana sebuah bisnis, jika klub mampu membayar pemain dan staf, mereka harus melakukannya,” ujarnya seperti yang diberitakan The Guardian.

“Memanfaatkan skema peraturan pemerintah dengan kondisi yang sebetulnya tak memerlukan bantuan keuangan akan merugikan masyarakat luas. Meski kami memiliki kewenangan melindungi anggota,” tambahnya.

“Kami hanya menyarankan kepada pemain untuk bisa berbagi empati atas kondisi pandemi saat ini. PFA juga sedang menanti kontribusi secara keuangan,” tandasnya. (fin/tgr)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images