Seorang sosialita/budak media sosial posting memakai masker "gaya desainer," di saat banyak orang kesulitan beli masker biasa. Tidak praktis, tidak esensial, mungkin tidak sensitif terhadap keadaan secara umum.
Lalu, sebuah pusat keramaian pasang bilik disinfektan dan penjagaan rapi di pintu utama. Karena itu yang kelihatan. Pada kenyataannya, masuk lewat parkiran, atau pintu samping, atau pintu belakang, tidak ada prosedurnya. Bukan masalah, karena pintu-pintu itu tidak kelihatan.
Begitu dashyatnya hal-hal itu, sampai anak saya yang kelas 6 SD saja dengan mudah bisa bercanda menyebut "Indonesia Terserah" bersama teman-teman seusianya. Anak kelas 6 SD!
Kita semua tahu, virus ini akan selalu bersama kita, kemungkinan besar selamanya. Yang dibutuhkan adalah solusi ketegasan praktis untuk jangka pendek, lalu sikap jelas untuk jangka panjang. Pasti tidak ada yang enak. Pasti tidak ada yang mengenakkan semua pihak.
Tapi tidak enak itu tidak apa-apa asal pasti.
Orang akan beradaptasi, orang akan menyesuaikan diri.
Saya terus khawatir ini. Bagaimana menunggu kejelasan dan kepastian, kalau tidak ada kolaborasi. Apalagi kalau saling serang di sisi paling krusial dalam kondisi seperti ini (sisi pemerintahan).
Dan yang namanya kolaborasi itu tidak harus saling menguntungkan. Ada yang mengalah duluan, ada yang mengalah kemudian. Atau, kalau memang dasarnya saling tidak suka, ya mengalah dulu, lalu kerja supaya menang kemudian. Walau intinya dalam situasi seperti ini bukanlah kalah atau menang. Benar atau salah. Intinya kan mengatasi masalah masyarakat.
Terus terang, saya --dan tentunya banyak orang-- memperhatikan sekali bagaimana negara-negara lain menghadapi situasi yang begitu menyeluruh ini.
Apalagi negara tempat ayah kedua saya tinggal.
Negara bagian New York itu benar-benar terparah di dunia. Dari sisi kecepatan dan masifnya penyebaran, lalu dalam jumlah korban. Presidennya memang antik, di saat krisis ini lebih sibuk teriak-teriak menyalahkan orang lain. Tapi Gubernur New York Andrew Cuomo begitu tegas melangkah.
Gubernur yang satu ini dari Partai Demokrat. Berseberangan dengan partai presidennya, Partai Republik. Pada awalnya, dia juga membuat kesalahan yang sama dengan kebanyakan pemimpin lain, cenderung meremehkan ancaman virus ini. Hingga akhirnya "meletus" di New York. Bahkan adiknya sendiri, Chris Cuomo yang jurnalis CNN, ikut terinfeksi.
Setelah itu, dia mengambil langkah-langkah drastis. Shut down total. Keras. Tidak peduli omelan orang atau warga. Bagi Cuomo, lebih baik terlambat tegas daripada plin-plan dan hancur total. Dan dia mengaku secara gentleman kalau keputusan tegasnya bisa mengganggu masa depan politiknya.
"Saya yakin akan ada konsekuensi politis. Saya tahu orang-orang marah pada saya. Bahkan ada (penasihat) yang bilang kalau saya tidak mungkin akan dipilih kembali," ucap Cuomo. "Tapi terus terang, saya tidak peduli soal itu," tandasnya.
Cuomo tidak pernah merasa sok paling tahu. Lawrence J. Parnell, seorang dosen strategic public relations di George Washington University, menyebut gaya Cuomo sangat membuat orang bisa percaya.
"Dia akan mengakui kalau tidak tahu sesuatu. Dia akan memaksimalkan orang-orang yang lebih tahu. Orang tidak akan percaya kalau Anda mengaku tahu segalanya. Tapi orang berharap kalau Anda tidak tahu sesuatu, maka Anda akan berusaha mengetahuinya. Itu tugas Anda sebagai seorang pemimpin," katanya seperti dilansir The Wall Street Journal.
Cuomo juga sadar, dia tidak mungkin kerja sendirian. Bahwa pemerintah federal dikendalikan oleh presiden yang sulit diprediksi, dan dari partai berseberangan, Cuomo tidak menjadikan itu sebagai penghalang. Bagi dia, yang penting bagaimana New York segera keluar dari krisis, lalu menata lagi di era pasca-krisis.
Cuomo sudah bolak-balik menghujat kebijakan Trump. Sebaliknya, Trump juga bolak-balik mengkritisi Cuomo (dan gubernur-gubernur lain). Tapi, "musuhan"-nya tidak mengganggu tujuan akhir. Cuomo pada 21 April lalu mengunjungi White House untuk bertemu langsung dengan Trump. Membahas langkah-langkah konkret ke depan. Cuomo pernah bilang, bagaimana pun kolaborasi yang utama, dan New York pasti butuh support pemerintah federal.
"(Trump) tidak takut blakblakan kalau dia tidak setuju, dan dia akan bilang langsung kalau setuju. Saya sendiri tidak punya masalah bilang langsung ke dia kalau saya setuju atau tidak setuju," ucap Cuomo, seperti dilansir USA Today.
Komentar Trump di artikel yang sama? Trump senang sang gubernur mau memuji pihaknya. "Saya sangat mengapresiasi (kunjungan) itu karena ini semua bukanlah untuk saya. Karena ini semua adalah untuk masyarakat dan ribuan orang yang terlibat dalam penanganan masalah ini," tutur Trump.
Ya, karena pada ujungnya, pada intinya, pada pokoknya, ini adalah untuk kebaikan dan kelangsungan hidup semua umat manusia. (azrul ananda)
*Spesial hari ini, ada tulisan dari Azrul Ananda, penggemar DI’s Way yang kebetulan putra DI's Way
Sumber: www.disway.id