iklan Kerusakan akibat banjir bandang di salah satu kawasan permukiman di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Kerusakan akibat banjir bandang di salah satu kawasan permukiman di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membeberkan data teranyar korban meninggal dunia terdampak banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mengacu data ini dikumpulkan BNPB hingga Selasa (6/4) pukul 15.00 WIB, korban meninggal dunia dari peristiwa tersebut mencapai 84 orang. Dengan rincian 49 orang meninggal dunia di Kabupaten Flores Timur, NTT.

Sebanyak 16 orang meninggal dunia di Kabupaten Lembata dan 15 nyawa melayang di Kabupaten Alor, NTT.

“Dua orang meninggal dunia di Kabupaten Malaka, satu meninggal dunia di Kota Kupang, satu meninggal dunia di Kabupaten Ende,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam konferensi pers yang disiarkan YouTube akun BNPB Indonesia, Selasa (6/4).Raditya menyadari, BNPB sempat menyampaikan kekeliruan atas data korban meninggal dunia peristiwa banjir bandang dan longsor di NTT.

Sebelumnya, kata dia, BNPB meyebut korban meninggal dunia di Kabupaten Lembata 67 orang, bukan 16 seperti data teranyar.

Dia beralasan, 51 orang yang hilang di Kabupaten Lembata dihitung sebagai korban meninggal dunia. Seharusnya, pencatatan orang hilang dan korban meninggal dunia dilakukan secara terpisah.

“Mohon maaf rekan media sekali lagi, data terakhir 16 meninggal dunia di Kebupaten Lembata. Itu dulunya 51 orang yang hilang, masuk kategorisasi meninggal dunia,” beber dia.

Sementara itu, Kepala BNPB Doni Monardo menyebutkan, pihaknya masih mencari 103 orang yang dinyatakan hilang setelah banjir bandang dan longsor di NTT. Mayoritas para korban hilang berada di Pulau Adonara dan Kabupaten Lembata, NTT.

“Masih ada sejumlah korban hilang belum ditemukan,” ujar eks Danjen Kopassus itu.

Selain korban jiwa, kata Doni, banjir bandang dan longsor mengakibatkan ratusan rumah rusak. Laporan yang diterima BNPB, 224 unit rusak parah di Kabupaten Lembata.

“Rusak sedang 15 unit, rusak ringan 75 unit,” ujar mantan Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Danpaspampres) tersebut. (jpnn/fajar)


Berita Terkait



add images