iklan Ilustrasi.
Ilustrasi.

“Bagi kaum homoseksual, hanya ada dua hukuman: apakah itu rajam, atau dia harus berdiri di antara sebuah tembok yang akan menindihnya. Tembok itu harus setinggi 2,5-3 meter,” kata Rahim kepada koran Jerman, Bild, pada Juli lalu.

“Bagi Taliban (hukuman brutal) seperti ini sangat normal,” sambungnya.

Meski begitu, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari Taliban apakah hukuman seperti itu memang akan diterapkan lagi terhadap kaum LGBT di Afghanistan.

Namun, sejak Taliban kembali kepucuk kekuasaan, sebagian besar kaum LGBT Afghanistan memilih bersembunyi karena takut hidupnya terancam.

“Saya merasa sangat tidak nyaman dan aman, hanya bisa menangis dan berpikir ‘apa yang akan terjadi?” kata seorang kaum LGBT di Kabul berusia 21 tahun yang dirahasiakan identitasnya kepada Reuters.

Dia mengatakan jauh sebelum Taliban berkuasa, Afghanistan sudah bukan menjadi tempat yang aman untuk hidup bagi kaum LGBT.

“Mereka (Taliban) mengatakan kepada dunia tidak akan membahaykan dan melukai siapa-siapa, mereka tidak akan membunuh siapa-siapa. Tapi mereka berbohong. Mereka akan mulai melakukan apa yang dilakukan di masa lalu pada 2000-an,” ucapnya menambahkan. (*)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images