iklan

“Beberapa negara yang selama ini bahkan terkenal sebagai wilayah ‘zero Covid-19’ seperti Singapura dan Australia, mengalami lonjakan kasus tertinggi sepanjang pandemi, meski telah melakukan vaksinasi ke populasi secara massif,” ungkap Yusuf.

Singapura dan Australia yang selama ini menerapkan pembatasan yang ketat, termasuk pembatasan penerbangan internasional dan intervensi kesehatan publik yang kuat, mengalami lonjakan kasus ketika mulai melonggarkan pembatasan seiring vaksinasi.

Tantangan besar selanjutnya adalah struktur geografis dari herd-immunity. Upaya vaksinasi sebelumnya menunjukkan imunitas cenderung akan terkonsentrasi secara geografis.

“Meski suatu daerah telah memiliki tingkat vaksinasi tinggi, seperti DKI Jakarta, namun jika daerah sekelilingnya tidak memiliki hal yang sama, sehingga penduduk akan bercampur, maka potensi ledakan wabah tetap tidak akan hilang,” papar Yusuf.

Hingga kini, kecepatan vaksinasi antar daerah di Indonesia sangat beragam. Kesenjangan yang tinggi terjadi baik antar wilayah maupun di dalam satu wilayah.

“DKI Jakarta adalah satu-satunya provinsi dengan tingkat vaksinasi tinggi, dengan penduduk telah mendapat vaksinasi penuh diatas 80 persen,” ujar Yusuf.

Tiga provinsi tercatat memiliki tingkat vaksinasi menengah, dengan penduduk telah mendapat vaksinasi penuh diatas 40 persen, yaitu Bali, Kepulauan Riau dan Yogyakarta. Selebihnya, memiliki tingkat vaksinasi yang rendah, dengan penduduk telah mendapat vaksinasi penuh dibawah 20 persen.

Kesenjangan di dalam wilayah juga sangat tinggi. Di Papua, penduduk dengan vaksin ke-1 di Kabupaten Merauke telah lebih dari 70 persen, namun di Kabupaten Lani Jaya baru di kisaran 1 persen.

“Tantangan besar lainnya adalah tingkat proteksi vaksin yang menurun seiring waktu. Bergantung hanya pada vaksinasi sebagai jalan keluar dari pandemi adalah pilihan kebijakan yang beresiko tinggi,” pungkas Yusuf. (git/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images