iklan Meiza Tety Qadarsih, memperlihatkan koleksi benda antik milik orang tuanya Almarhum Iskandar Zakaria di kediamannya Jumat pekan kemarin (3/6).
Meiza Tety Qadarsih, memperlihatkan koleksi benda antik milik orang tuanya Almarhum Iskandar Zakaria di kediamannya Jumat pekan kemarin (3/6). (HENDRI DEDE PUTRA/JU)

BERBAGAI koleksi barang antik milik almarhum Iskandar Zakaria, sang kolektor yang juga budayawan asal Kerinci hingga kini terus menarik perhatian. Berbagai koleksinya masih tersimpan rapi hingga kini.

HENDRI DEDE PUTRA, Kerinci-Sungaipenuh

RIBUAN benda antik tersebut masih tersimpan di museum pribadi berlantai tiga milik almarhum, di Desa Sungai Ning Kecamatan Sungai Bungkal, Sungai Penuh. Mulai dari berbagai bentuk keris pusaka, benda bertuliskan aksara incung hingga cincin anyir yang merupakan alat tukar warga Kerinci dulunya sebelum ada mata uang.

Ribuan barang antik tersebut kini dijaga dan dirawat oleh anak pertama Iskandar Zakaria, Meiza Tety Qadarsih.

Saat ditemui Jambi Ekspres, Jumat (3/6/2022), ia menceritakan sering datang warga negara asing dari Malaysia, China dan Australia melihat dan igin membeli berbagai jenis benda yang ada di museum tersebut.

Umumnya pengunjung datang ingin membeli, menukar, bahkan mau dipindahkan ke museum yang dikelola pemerintah. Namun itu semua tidak bisa dilakukan, karena sudah menjadi wasiat dari orang tua kami.

"Pernah datang dari Malaysia menawarkan mangkok besar dengan dua buah mobil, tapi tidak menjual. Pernah juga ditawarkan pindah ke museum, cuma ini kan punya pribadi orang tua,  sudah dikumpulkan sejak tahun 70-an," kata Tety pensiunan guru ini.

Dia menyampaikan pesan orangtuanya benda-benda ini merupakan peninggalan leluhur, kalau dibeli orang dari luar tentunya anak-anak muda tidak akan tahu budaya kita sendiri. Jadi perlu dilestarikan. Apalagi berbagai koleksi tersebut umumnya benda antik asal Kerinci dan Sungai Penuh.

"Jadi pesan bapak kalau dijual hilang jejak nenek moyang. Kalau uang bisa dicari, tapi kalau jejak nenek moyang hilang kemana kita mencarinya, " kata ibu yang juga paham aksara incung ini.

Selain itu pernah juga datang dari pemerintah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci meminta agar mau dijual atau dipindah tempatkan di museum Kerinci dan museum Rawang milik pemkot Sungai Penuh. Bahkan kata Teti, sewaktu Almarhum Iskandar Zakaria masih hidup pernah ditawari Rp 25 miliar agar mau dijual.

Dia menyebutkan secara keseluruhan koleksi barang dulu dihitung cagar budaya dari jambi itu ada 7 ribu, tetapi sekarang belum mendata juga secara pasti. "Tapi masih ribuan juga. Mulai dari cincin anyir alat tukar orang Kerinci, sebelum ada uang jadi menggunakan cincin anyir, sampai beragam bentuk keris pusaka zaman dulu, " ujarnya

Koleksi tersebut tidak diambil dari sko atau benda-benda pusaka masyarakat yang disimpan di rumah adat dan museum. Tetapi umunya dibeli oleh orangtuanya. "Ini lemari dan isinya dibeli bapak 40 juta, " kata Teti menunjukkan barang di lemari.

Dia juga mengajak Jambi Ekspres melihat sejumlah benda koleksi yang terletak di lantai dasar museum pribadi hingga lantai 3. Mulai dari artefak perkakas seperti kapak batu genggam, beliung logam, patung batu budha, gerabah, keramik, piring.

Selain itu, sejumlah batu, senjata tradisional seperti keris, tanduk kerbau bertuliskan aksara incung, parang dan kujur (tombak atau lembing), naskah kuno, uang kuno dan lainnya. Ada juga peralatan untuk kenduri sko, peti kuno, pakaian adat, jangki dan anyaman dari rotan.

Di museum yang juga rumah pribadi Tety tersebut selain sebagai tempat penyimpanan ribuan benda-benda antik. Juga sebagai tempat latihan seni tari tradisional dan modern, seni musik tradisional, teater, serta tempat belajar aksara incung. Berbagai mahasiswa juga sering datang melakukan penelitian untuk benda-benda cagar budaya.

(*)


Berita Terkait



add images