iklan
“Pesan saya kepada dunia: Anda bersalah atas apa yang terjadi pada kami, Anda sebagai pemerintah atau masyarakat yang mendukung pemusnahan Israel terhadap rakyat saya. Kami tidak akan memaafkanmu, kami tidak akan memaafkanmu, kemanusiaan tidak akan memaafkanmu, kami tidak akan lupa, bahkan jika kami mati, sejarah tidak akan pernah lupa,” ujarnya lewat Instagram, dikutip pada Senin, 4 Desember 2023, sehari setelah diunggah.

Hamza El Dahdouh, yang kehilangan ibu dan saudara-saudaranya dalam serangan udara Israel pada Oktober 2023 dan merupakan putra koresponden Al Jazeera Wael El Dahdouh, mempertanyakan dunia yang tidak bertindak meskipun ada aliran informasi yang terus-menerus mengenai apa yang terjadi di Gaza.

“Selama 58 hari mendokumentasikan dan mempublikasikan segala sesuatu yang terjadi untuk mencoba meyakinkan dunia bahwa apa yang terjadi adalah kejahatan dan genosida terhadap warga sipil, tetapi tidak ada yang bergerak. Apakah Anda memerlukan 58 hari lagi untuk mengonfirmasi?” tulis Dahdouh.

Plestia Alaqad, jurnalis lain yang juga mendokumentasikan keseharian di Gaza kepada 4 juta pengikutnya di Instagram, mengaku membenci halaman Instagram-nya yang kini berisi gambar dan video kampung halamannya yang hancur. Dia ingin masyarakat mengenal dan mengingat warga Gaza sebagai bangsa yang mencintai kehidupan, sebagai bangsa yang berusaha mencari keindahan dalam segala hal. Meski sudah 75 tahun diduduki, namun warga selalu berusaha mencari kehidupan di Gaza. (*)


Sumber: tempo,co (newarab.com)

Berita Terkait



add images