JAMBIUPDATE.CO, JAMBI- Kualitas dan kuantitas air Sungai Batanghari semakin menurun, menjadi isu serius bagi Perumda Air Minum Tirta Mayang dalam menjaga keberlangsungan pelayanan air bersih di kota Jambi.
Hal ini diungkapkan Direktur Utama Perumdam Tirta Mayang, Dwike Riantara, dalam Kick-off Meeting dan Workshop Studi Penilaian Kualitas Sungai yang diselenggarakan oleh World Bank bersama Bappeda Provinsi Jambi di Hotel Swissbel.
Dwike Riantara menyampaikan bahwa permasalahan ini menjadi tantangan besar bagi perusahaan air minum tirta mayang.
"Kondisi Sungai Batanghari yang terus menurun, baik dari segi kualitas maupun kuantitas memerlukan perhatian serius," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa diperlukan alternatif sumber air baku untuk mengantisipasi kemungkinan kondisi ekstrim seperti kekeringan total atau pencemaran berat yang dapat mengakibatkan air Sungai Batanghari tidak dapat dimanfaatkan.
Menurut Dwike, saat ini Tirta Mayang tidak memiliki sumber air baku lain kecuali Sungai Batanghari.
"Jika terjadi sesuatu yang ekstrem pada Sungai Batanghari, Kota Jambi akan menghadapi krisis air yang luar biasa," jelasnya.
Selama lima tahun terakhir, kekeruhan air terus meningkat akibat sedimentasi dari hulu, sementara volume dan tinggi muka air cenderung menurun.
Dwike mengusulkan beberapa alternatif solusi untuk mengatasi masalah ini. Diantaranya adalah memanfaatkan Danau Sipin dan Teluk Kenali sebagai sumber air baku alternatif. Ia juga menekankan pentingnya pembangunan waduk atau embung untuk menyimpan dan memanen air hujan.
"Krisis air tidak pernah kita harapkan, namun sangat krusial untuk diantisipasi dengan berbagai langkah preventif," tegasnya. (hfz)