iklan
SENGETI, Tekanan ekonomi di masyarakat bawah tampaknya terus menjadi-jadi. Selama 2 bulan belakangan ini masyarakat petani karet terus menjerit karena komoditi utama mereka terus merosot turun.

Dari informasi warga, harga karet di jual petani kepada tengkulak, hanya sekitar Rp 6 ribu per kilogram. Ahmad, seorang warga Pijoan Kecamatan Jaluko Muarojambi, salah satu petani karet yang kerkena dampak merosotnya harga komuditi mayoritas ini.  “Sudah berminggu-minggu harga karet tak kunjung naik. Ini cukup menyulitkan bagi kami yang hidupnya menggantungkan pada harga karet,”ujar Ahmad

Ahmad menjelaskan, dengan harga Rp.6 ribu per kilo, artinya dia hanya mampu memberikan pemasukan untuk keluarga cuma Rp.1 juta sebulan. “Saya motong (nyadap) paling banyak dapat getahnya 150 kilo. Beruntung, uangnya tidak di bagi ke pemilik kebun, karena kebunnya milik saya sendiri. Tapi dengan penghasilan sebanyak itu, ya, cukup untuk makan sehari-hari saja,”sebut Ahmad

Senasib dengan Ahmad, Eko warga lainnya mengaku Meski masih mampu menghasilkan uang dari hasil menjual karetrnya Rp.1 juta, cuma Eko harus berbagi dengan pemilik kebun. “Bagi dua mas. Jadi saya dapat Rp.500 ribu. Cukup tidak cukup, di cukup-cukupkan lah. Harus bagaimana lagi, kalau kurang untuk belanja, say terpaksa pinjam dulu,” tutur Eko.
--batas--
Lebih lanjut, Eko mengatakan, bahwa musim kering yang melanda kebunnya dari beberapa minggu lalu, juga turut memperburuk hasil pencariannya saat ini. “Getahnya juga kurang mau keluar. Kemarin sempat hujan, beberapa jam saja. Alhamdulillah, getahnya agak stabil. Tapi belum tau beberapa hari ke depan,” bebernya.

Dia berharap, turunnya harga karet bisa menjadi pertimbangan pemerintah untuk membantu petai karet.”Setidaknya kami butuh dukungan pemerintah membatu kami dalam menetapka harga terendah karet ini. Jangan di biarkan terus merosot. Kami mau makan apa,” harapnya.

Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (DisKoperindag) Muaro Jambi, Muktamar, mengaku mengetahui turunnya harga komuditi karet ini. Hanya saja, menurut dia, pihak pemerintah tidak bisa berbuat banyak, mengingat harga komuditi karet trendnya mengikuti harga internasional.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images