Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diprediksikan bakal terjadi Minggu ketiga bulan Juni ini, akan berdampak ke ekonomi Jambi. Selain akan terjadi inflasi (kenaikan harga, red), tentu juga ke sektor lain.
Badan Pusat Statistik juga merelease, pertumbuhan ekonomi 2012 turun dibandingkan tahun 2011. Dari data yang berhasil harian ini himpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, penurunanya hingga 1, 30 persen.
‘’Dampak yang paling perlu kita waspadai yakni terjadinya stagnasi pertumbuhan,’’ ungkap pengamat ekonomi, Dr Pantun Bukit, kepada koran ini, Minggu (9/6). Pemerintah katanya, jangan sampai terlambat mengantisipasi hal itu. Apalagi target pertumbuhan tahun 2013 ini masih dikisaran, 7,3 – 7,5 persen.
‘’Dampak kenaikan harga tersebut harus diantisipasi. Sektor andalan kita, yakni Migas, Batubara, dan Perkebunan, juga harganya masih turun,’’ tuturnya.
Dia mengatakan, turunnya pertumbuhan ekonomi itu disebabkan turunnya kontribusi dari sektor andalan. "Pertumbuhan ekonomi Jambi itu turun kan akibat kontribusi sektor pertambangan yang menurun. Pada 2011 kan bagus kontribusinya. 2012 kegiatan ekploitasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomi ikut menurun," katanya.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Jambi 7, 44 persen di 2012. Namun, katanya, angka inflasi cukup tinggi. Yakni mencapai 5 persen. "Itu tak ada gunanya. Pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi juga tinggi. "Yang perlu dipikirkan itu saat ini industri hilir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jambi. Kan sektor hilir kita bisa dikatakan tak ada," jelasnya.
"Kalau industri hilir ada, penyerapan tenaga kerja juga meningkat. Karena industri butuh tenaga kerja. Jadi semua akan terdampak. Termasuk pengangguran," tambahnya.
Untuk mengatasi ini, perlu ada langkah yang harus dilakukan. Selama ini, penyumbang inflasi terbesar adalah bahan makanan. Seperti, cabai, daging, telur, sayuran dan beberapa komiditi lainnya. "Maka ke depan kalau bisa diproduksi sendiri harus kita produksi sendiri. Petani dan peternak harus diberdayakan. Supaya menekan angka inflasi," jelasnya. (sumber: jambi ekspres)
Badan Pusat Statistik juga merelease, pertumbuhan ekonomi 2012 turun dibandingkan tahun 2011. Dari data yang berhasil harian ini himpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, penurunanya hingga 1, 30 persen.
‘’Dampak yang paling perlu kita waspadai yakni terjadinya stagnasi pertumbuhan,’’ ungkap pengamat ekonomi, Dr Pantun Bukit, kepada koran ini, Minggu (9/6). Pemerintah katanya, jangan sampai terlambat mengantisipasi hal itu. Apalagi target pertumbuhan tahun 2013 ini masih dikisaran, 7,3 – 7,5 persen.
‘’Dampak kenaikan harga tersebut harus diantisipasi. Sektor andalan kita, yakni Migas, Batubara, dan Perkebunan, juga harganya masih turun,’’ tuturnya.
Dia mengatakan, turunnya pertumbuhan ekonomi itu disebabkan turunnya kontribusi dari sektor andalan. "Pertumbuhan ekonomi Jambi itu turun kan akibat kontribusi sektor pertambangan yang menurun. Pada 2011 kan bagus kontribusinya. 2012 kegiatan ekploitasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomi ikut menurun," katanya.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Jambi 7, 44 persen di 2012. Namun, katanya, angka inflasi cukup tinggi. Yakni mencapai 5 persen. "Itu tak ada gunanya. Pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi juga tinggi. "Yang perlu dipikirkan itu saat ini industri hilir untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jambi. Kan sektor hilir kita bisa dikatakan tak ada," jelasnya.
"Kalau industri hilir ada, penyerapan tenaga kerja juga meningkat. Karena industri butuh tenaga kerja. Jadi semua akan terdampak. Termasuk pengangguran," tambahnya.
Untuk mengatasi ini, perlu ada langkah yang harus dilakukan. Selama ini, penyumbang inflasi terbesar adalah bahan makanan. Seperti, cabai, daging, telur, sayuran dan beberapa komiditi lainnya. "Maka ke depan kalau bisa diproduksi sendiri harus kita produksi sendiri. Petani dan peternak harus diberdayakan. Supaya menekan angka inflasi," jelasnya. (sumber: jambi ekspres)