DISKUSI mengenai dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di redaksi Jambi Ekspres kemarin (26/6), menyimpulkan banyak dampak yang ditimbulkan akibat kebijakan tersebut. Harga-harga keperluan sehari-hari sudah naik, termasuk sektor jasa.
Walaupun ada Bantuan Langsung Tunai Sementara Masyarakat (BLSM) yang diharapkan dapat membantu masyarakat miskin pasca kenaikan harga BBM, namun jelas tidak akan terbagi merata.
Kondisi ini dilatarbelakangi lemahnya sistem data kependudukan yang ada, sehingga data yang ada cenderung tidak mampu mengakomodir kondisi dan realita sebenarnya.
Terbukti, masih sangat banyak masyarakat miskin dan bahkan sangat miskin, namun tidak mendapatkan bantuan ini. Padahal, mereka ikut merasakan beratnya dampak kenaikan itu.
Dampaknya bukan pada ketidakmampuan masyarakat pemilik kendaraan bermotor membeli premium yang naik Rp2.000 menjadi Rp6.500 dan solar naik Rp1.000 menjadi Rp5.500 per liter.
Dampak itu lebih pada bertambah besarnya pengeluaran untuk memenuhi keperluan keluarga di luar premium atau solar, karena harga barang dan jasa umumnya mengalami kenaikan.
Beban berat yang harus ditanggung sebagai dampak kenaikan BBM, akan terasa lebih berat lagi ketika saat ini banyak orangtua yang memerlukan biaya untuk keperluan memasukkan anaknya ke sekolah.
Selain itu, dalam waktu beberapa hari ke depan, masyarakat akan pula memasuki bulan Ramadan. Di bulan penuh berkah ini, biasanya harga-harga juga berpengaruh ikut naik, terutama menjelang Idul Fitri.
Kondisi berat ini yang akan memicu terjadinya tindakan kriminalitas. Kepanikan memenuhi keperluan pokok keluarga yang semakin berat, menyebabkan seseorang akan mudah terpancing melakukan tindakan-tindakan kejahatan. Aksi pencurian, perampokan yang tidak jarang berujung pembunuhan diprediksi menjadi jenis kejahatan yang cenderung meningkat.
Sasarannya bisa saja rumah penduduk, sepeda motor, perkantoran, maupun mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri). Intinya, di mana ada kesempatan.Untuk itu, aparat kepolisian harus mewaspadai kondisi ini dengan melakukan tindakan preventif.
Di samping meningkatkan pengamanan di tempat-tempat rawan aksi kejahatan, pihak kepolisian juga diharapkan mengintensifkan imbauan kepada masyarakat akan meningkatkan kewaspadaan. Imbauan itu bisa saja disampaikan melalui media massa, tempat ibadah dan fasilitas publik lainnya.
Sehingga, masyarakat yang masih lengah bisa mewaspadai kondisi yang ada.
Di sisi lain, masyarakat juga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan diri. Jangan meninggalkan rumah maupun tempat usaha dalam keadaan kosong. Sebab, keadaan seperti ini akan dipergunakan pelaku kejahatan melancarkan aksinya.
Intinya, kenaikan harga BBM ini harus kita sikapi dengan peningkatan kewaspadaan diri. Lebih baik lakukan pencegahan sebelum aksi-aksi kejahatan itu benar-benar terjadi.***
Walaupun ada Bantuan Langsung Tunai Sementara Masyarakat (BLSM) yang diharapkan dapat membantu masyarakat miskin pasca kenaikan harga BBM, namun jelas tidak akan terbagi merata.
Kondisi ini dilatarbelakangi lemahnya sistem data kependudukan yang ada, sehingga data yang ada cenderung tidak mampu mengakomodir kondisi dan realita sebenarnya.
Terbukti, masih sangat banyak masyarakat miskin dan bahkan sangat miskin, namun tidak mendapatkan bantuan ini. Padahal, mereka ikut merasakan beratnya dampak kenaikan itu.
Dampaknya bukan pada ketidakmampuan masyarakat pemilik kendaraan bermotor membeli premium yang naik Rp2.000 menjadi Rp6.500 dan solar naik Rp1.000 menjadi Rp5.500 per liter.
Dampak itu lebih pada bertambah besarnya pengeluaran untuk memenuhi keperluan keluarga di luar premium atau solar, karena harga barang dan jasa umumnya mengalami kenaikan.
Beban berat yang harus ditanggung sebagai dampak kenaikan BBM, akan terasa lebih berat lagi ketika saat ini banyak orangtua yang memerlukan biaya untuk keperluan memasukkan anaknya ke sekolah.
Selain itu, dalam waktu beberapa hari ke depan, masyarakat akan pula memasuki bulan Ramadan. Di bulan penuh berkah ini, biasanya harga-harga juga berpengaruh ikut naik, terutama menjelang Idul Fitri.
Kondisi berat ini yang akan memicu terjadinya tindakan kriminalitas. Kepanikan memenuhi keperluan pokok keluarga yang semakin berat, menyebabkan seseorang akan mudah terpancing melakukan tindakan-tindakan kejahatan. Aksi pencurian, perampokan yang tidak jarang berujung pembunuhan diprediksi menjadi jenis kejahatan yang cenderung meningkat.
Sasarannya bisa saja rumah penduduk, sepeda motor, perkantoran, maupun mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri). Intinya, di mana ada kesempatan.Untuk itu, aparat kepolisian harus mewaspadai kondisi ini dengan melakukan tindakan preventif.
Di samping meningkatkan pengamanan di tempat-tempat rawan aksi kejahatan, pihak kepolisian juga diharapkan mengintensifkan imbauan kepada masyarakat akan meningkatkan kewaspadaan. Imbauan itu bisa saja disampaikan melalui media massa, tempat ibadah dan fasilitas publik lainnya.
Sehingga, masyarakat yang masih lengah bisa mewaspadai kondisi yang ada.
Di sisi lain, masyarakat juga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan diri. Jangan meninggalkan rumah maupun tempat usaha dalam keadaan kosong. Sebab, keadaan seperti ini akan dipergunakan pelaku kejahatan melancarkan aksinya.
Intinya, kenaikan harga BBM ini harus kita sikapi dengan peningkatan kewaspadaan diri. Lebih baik lakukan pencegahan sebelum aksi-aksi kejahatan itu benar-benar terjadi.***